CIREBON – Luas daerah genangan di Kota Cirebon diperkirakan mencapai 16 hektare. Penyebabnya adalah sistem drainase berusia 114 tahun yang hingga kini tak kunjung dibenahi. Sementara sistem Sungai Sukalila yang terus menurun, padahal saluran ini menampung 50 persen beban drainase.
Kemudian, dari panjang riool di Kota Cirebon yang mencapai 60 kilometer, pada saat ini hanya 10 persen yang bisa ditangani oleh pemerintah kota.
Dengan kondisi ini, tidak heran bila Kota Cirebon dikepung banjir lokal berulang. Lantaran pada saat bersamaan, empat sistem drainase primer justru tidak meluap. Dan tinggi muka air pada kondisi normal.
Dari pantauan Radar Cirebon, daerah yang terendam adalah langganan banjir. Misalnya di Pancuran Utara, Kelurahan Sukapura, Kecamatan Kejaksan. Dalam kondisi hujan normal, air di kawasan ini bisa menggenang di akses jalan. Dan pada saat curah hujan tinggi, air kerap masuk ke rumah warga.
Untuk tahun ini saja, Kawasan Pancuran Utara sudah dua kali kebanjiran. Kawasan langganan banjir lainnya ialah, Gang Teng-teng di Jl Pancuran, dan Kampung Sukasari, Kelurahan Sukapura.
Warga setempat, Juru Budiarjo mengatakan, banjir di Sukapura disebabkan Sungai Cigujeg yang sering meluap saat hujan turun dengan intensitas tinggi. Paling parah di wilayahnya ialah Gang 8, 9, dan Gang 10. Kondisi ini diperburuk dengan drainase yang mengalami pendangkalan.
Banjir juga melanda Jl Ampera 8, Kelurahan Pekiringan. Puluhan rumah nampak tergenang. Beberapa kendaraan yang nekat menerobos, terpaksa mogok di tengah jalan. Kawasan ini sempat lumpuh karena warga menutup akses untuk menghindari semakin banyak yang terjebak genangan dan mogok.