CIREBON – Sebuah pesan berantai beredar di media sosial (medsos). Informasi yang belakangan terkonfirmasi sebagai hoax tersebut menyerang Bapelitbangda. Sampai-sampai, Pemkab Cirebon harus mengklarifikasi isu tersebut karena sudah beredar masif di medsos dan meresahkan.
Dalam pesan tersebut berisi pemberitahuan dari pegawai setempat yang meminta agar, untuk sementara waktu tidak ke Bapelitbangda Kabupaten Cirebon jika tidak ada keperluan mendesak. Sebab, pasien dalam pengawasan (PDP) yang meninggal beberapa waktu lalu, memiliki kerabat yang bekerja di Bapelitbangda.
Dalam rilisnya, Pemkab Cirebon menyebut, imbauan untuk tidak boleh ke kantor Bapelitbangda dikarenakan dugaan salah satu ASN yang dikaitkan dengan kasus Covid-19, adalah tidak benar. Almarhum yang meninggal tidak pernah ke Jakarta, juga tidak melayat pada hari H. ASN yang dimaksud sudah melakukan karantina mandiri atas kesadaran sendiri karena almarhum dinyatakan PDP di RS Ciremai.
“Sejak melakukan karantina, otomatis tidak masuk kantor sehingga dipastikan informasi yang beredar tidak benar. Ini tentu meresahkan, makanya harus diklarifikasi,” ujar Kadinkes Kabupaten Cirebon, Hj Eni Suhaeni SKM MKes saat ditemui Radar Cirebon, kemarin (21/4).
Ditambahkan Eni, ASN yang dimaksud sudah menjalani rapid test hingga dua kali dengan hasil non reactif atau negatif. Penyemprotan yang dilakukan di kantor Bapelitbangda sendiri bukanlah hal khusus, melainkan sudah merupakan protokol kesehatan dalam desinfeksi dan ini merupakan kewajiban orang per orang setiap intansi dalam kegiatan pencegahan Covid-19. Pemkab Cirebon sudah melakukan ke berbagai daerah dan dinkes melayani permintaan dari setiap instansi.
“Bahwa selamai ini kantor Bapelitbangda aman dan clear. Pihak-pihak yang berkepentingan dengan Bappelitbangda untuk tidak khawatir dengan tetap memperhatikan Protokol kesehatan yang sudah dianjurkan oleh pemerintah,”ungkapnya. (dri)