Polri Soroti Cara Angkut Dinamit

Jumat 05-07-2013,09:12 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

JAKARTA - Dua hari sudah polisi merekonstruksi kasus pencurian 250 batang dinamit milik PT Muliti Nitrotama Kimia (MNK). Hingga kemarin (4/7) polisi belum menemukan petunjuk lokasi pencurian dinamit tersebut. Polisi pun akhirnya mengakui ada kelalaian pada ekspedisi, sehingga truk pengangkut dinamit bisa kebobolan. Sejak Rabu (3/7) lalu, polisi merekonstruksi perjalanan empat truk pengangkut dinamit yang berangkat dari PT MNK. Salah satu truk tersebut direncanakan bakal melanjutkan perjalanan ke Nusa Tenggara Timur (NTT) karena sebagian dinamit itu juga pesanan perusahaan tambang di provinsi tersebut. Polisi mulai merekonstruksi sejak awal dinamit-dinamit itu dinaikkan ke atas truk. Rekonstruksi berlanjut di sepanjang jalur truk tersebut. Termasuk, lima lokasi pemberhentian truk. Namun, rekonstruksi selama dua hari itu belum menghasilkan petunjuk berarti, bahkan untuk sekadar memastikan di mana lokasi dinamit itu dicuri. Hingga saat ini, polisi masih menduga jika pelaku pencurian dinamit merupakan bajing loncat biasa. Hal itu didasari cara kerjanya yang khas, yakni mengincar truk yang baknya hanya ditutup terpal. Pelaku tinggal menyobek terpal lalu mengeluarkan beberapa barang sesuai keinginan. Setelahnya, barang curian langsung dilemparkan ke komplotannya yang biasanya mengikuti di belakang truk. Karopenmas Mabes Polri Brigjen Boy Rafli Amar menyatakan, penyelidikan atas hilangnya dinamit tersebut masih belum usai. \"Kami memeriksa 17 saksi, dan 10 di antaranya masih terus diperdalam,\" ujarnya kemarin. Tidak hanya saksi dari pihak MNK maupun ekspedisi, beberapa orang pelayan rumah makan yang sempat disinggahi para sopir pun dimintai keterangan. Mantan Kabidhumas Polda Metro Jaya itu mengatakan, pihaknya juga mengevaluasi pengiriman bahan peledak semacam dinamit. Hasil evaluasi sementara menujukkan, tidak ada yang salah dalam hal pengepakan dinamit. PT MNK memiliki standar keamanan sendiri dalam pengemasan dinamit sebelum dikeluarkan dari pabrik. Yang bermasalah justru pada pengangkutannya. Boy mengatakan, tidak seharusnya benda berbahaya semacam dinamit dikirim menggunakan truk yang hanya ditutup terpal. \"Mestinya memang memakai truk box,\" ujarnya. Truk box selama ini relatif jarang menjadi incaran para bajing loncat karena eksekusinya sulit. Truk box, terang Boy, tidak memiliki pijakan, dan cara mengamankan barangnya cukup dengan mengunci pintu box. Para bajing loncat akan kesulitan meski hanya untuk sekadar ngegandol di box. Berbeda halnya dengan truk bak yang hanya ditutupi terpal. Truk semacam itu lebih rawan digarong. Karena itu, Mabes Polri bakal menegur PT MNK yang sembarangan dalam memilih perusahaan ekspedisi. Dengan tingkat bahaya yang begitu tinggi, seharusnya PT MNK bisa memilih perusahaan pengangkutan yang sesuai dengan level kerawanan barang yang dikirim. (byu/agm)

Tags :
Kategori :

Terkait