Sintren Diabadikan Sir Thomas Stamford Raffles di History of Java, Tumbuh di Pantura Jawa
Sir Thomas Stamford Raffles turut mengulas mengenai kesenian sintren di Buku History of Java.-Foto: Pemda Kota Cirebon-radarcirebon.com
BACA JUGA:Bekal Bekerja di Luar Negeri, Dedi Mulyadi: Warga Perdesaan Harus Punya Pendidikan Keterampilan
Penari tersebut diiringi dengan alat musik. Penonton dan mereka yang berada di sekeliling biasanya ikut berdendang atau sekadar bertepuk tangan.
Ketika suasana semakin syahdu dan penonton larut dalam kegembiraan, keranjang akan terlihat bergerak.
Penari yang berada di dalam keranjang tersebut akan muncul dengan kondisi tidak sadar tentang apa yang dilakukannya.
"Dia (penari) pun bergrak dan menarik dengan anggun tetapi liar, seirama dengan alunan musik."
BACA JUGA:Pemkab Cirebon Kenalkan Bank Mini ke Siswa SMPN 1 Arjawinangun, Apa Itu?
"Setelah lelah, penari jatuh dan seolah-olah tertidur. Kemudian saat terbangun, berpura-pura tidak mengingat apapun yang telah berlalu."
Menurut Raffles, kesempurnaan dari hiburan ini adalah penari yang sepenuhnya menyerahkan dirinya kepada kekuatan musik. Sehingga terpesona olehnya serta sepenuhnya tidak sadar pada semua hal yang terjadi padanya.
Sebagai informasi, Sejarah Jawa atau History of Java adalah sebuah karya monumental dari Sir Thomas Stamford Raffles.
Pejabat Inggris yang menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda di awal Abad 19 tersebut, melakukan penelitian sejarah untuk memahami dan mendokumentasikan warisan Jawa.
BACA JUGA:Pemerintah Buka 3 Jalur Beasiswa Juli 2025, Berikut Cara Daftar, Syarat dan Jadwalnya
Buku tersebut mencakup periode sejarah yang amat panjang, mulai dari Hindu - Buddha, Islam, hingga Pemerintahan Kolonial Belanda.
Dalam buku tersebut, Raffles tidak hanya menuliskan mengenai sejarah, tetapi informasi yang sangat rinci mengenai kependudukan, geografi, flora, fauna dan kehidupan masyarakat Jawa pada zaman tersebut.
Pada beberapa bagian buku tersebut, Raffles menyebut bahwa wilayah Jawa bagian utara lebih ramai dari selatan karena mudah dijangkau dengan perjalanan laut.
Sementara laut di sisi selatan dikenal ganas, sehingga jarang kapal-kapal melintasinya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:


