Ok
Daya Motor

Gunung Ciremai dan Kegenitan Pariwisata

Gunung Ciremai dan Kegenitan Pariwisata

Ayus Ahmad Yusuf-Istimewa-radarcirebon

Oleh: Ayus Ahmad Yusuf

Pengantar
Gunung Ciremai merupakan gunung tertinggi di Provinsi Jawa Barat dengan ketinggian sekitar 3.078 meter di atas permukaan laut. Secara administratif, kawasan Gunung Ciremai berada di Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka, serta memiliki pengaruh ekologis yang luas hingga wilayah Cirebon dan Indramayu.

Sejak ditetapkan sebagai Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC), kawasan ini memiliki fungsi strategis sebagai wilayah konservasi, penyangga kehidupan, sekaligus ruang pemanfaatan terbatas bagi kesejahteraan masyarakat.

Gunung Ciremai tidak hanya menyuguhkan keindahan alam, tetapi juga mengandung nilai ekologis, ekonomi, sosial, dan kultural yang tinggi.

Namun, meningkatnya tekanan akibat aktivitas manusia—khususnya pariwisata massal dan eksploitasi kawasan penyangga—menimbulkan dilema antara pemanfaatan dan pelestarian. Oleh karena itu, pengelolaan Gunung Ciremai menuntut pendekatan tata kelola yang holistik, berkelanjutan, dan berlandaskan etika lingkungan.

BACA JUGA:Pelaku Curas Minimarket di Sumber Cirebon Nekat Beraksi demi Bayar Utang

Pesona Alam dan Nilai Ekologis Gunung Ciremai
Gunung Ciremai memiliki keanekaragaman ekosistem yang sangat penting, mulai dari hutan dataran rendah, hutan hujan pegunungan, hingga ekosistem sub-alpin di bagian puncak. Kawasan ini menjadi habitat bagi berbagai jenis flora dan fauna, termasuk spesies endemik dan dilindungi.

Secara hidrologis, Gunung Ciremai berfungsi sebagai menara air bagi wilayah sekitarnya. Banyak mata air, sungai kecil, dan daerah resapan yang menopang kebutuhan air bersih, pertanian, serta kehidupan masyarakat di wilayah pantura dan Ciayumajakuning.

Kerusakan ekosistem Ciremai secara langsung berdampak pada krisis air, degradasi lahan, dan meningkatnya risiko bencana ekologis seperti banjir dan longsor.

Selain itu, Gunung Ciremai memiliki nilai kultural dan spiritual yang kuat. Bagi masyarakat lokal, gunung ini bukan sekadar objek wisata, tetapi ruang sakral yang terkait dengan sejarah, mitos, dan praktik kearifan lokal. Nilai-nilai ini seharusnya menjadi fondasi dalam merumuskan kebijakan pengelolaan kawasan.

BACA JUGA:Mayat Tanpa Identitas Ditemukan Hanyut di Sungai Kedungpane Cirebon

Pesona alam nan romantis Ciremai ini tentunya sangat menarik dan penuh “kegenitan” bagi para investor untuk berinvestasi di kawasan Gunung Ciremai ini, café, restro penginapan bak cendawan berkembang di kawasan ini.

Kawasan Palutungan dan sekitarnya menjadi tempat tujuan wisata yang menarik pengunjung dan ini ditangkap oleh investor sebagai peluang emas. Pemanfaatan Gunung Ciremai sebagai destinasi wisata alam telah memberikan kontribusi nyata terhadap perekonomian masyarakat desa penyangga. Dampak ekonomi positif tersebut antara lain: Peningkatan pendapatan masyarakat melalui jasa pendakian, pemandu lokal, porter, homestay, dan transportasi.

Tumbuhnya UMKM berbasis lokal seperti kuliner tradisional, cinderamata, dan produk kreatif. Munculnya lapangan kerja baru, terutama bagi Masyarakat sekitar. Namun, ketergantungan ekonomi yang berlebihan pada sektor wisata alam di sekitar gunung Ciremai ini juga mengandung risiko.

Ketika orientasi ekonomi lebih dominan dibandingkan prinsip konservasi, maka eksploitasi kawasan menjadi sulit dihindari. Dalam jangka panjang, degradasi lingkungan justru akan merusak basis ekonomi itu sendiri. Oleh karena itu, ekonomi kawasan Gunung Ciremai harus diarahkan pada ekonomi berkelanjutan, bukan ekonomi eksploitatif.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: