Corak Tionghoa di Kerajinan Gerabah Desa Sitiwinangun Dikaitkan dengan Ekspedisi Cheng Ho

Corak Tionghoa di Kerajinan Gerabah Desa Sitiwinangun Dikaitkan dengan Ekspedisi Cheng Ho

CIREBON-Akulturasi budaya dan kesenian Tiongkok sangat terasa sekali di Cirebon. Tidak hanya peninggalan dalam bentuk rumah ibadah dan rumah-rumah kuno, akulturasi budaya juga terlihat dari corak atau motif berbagai kerajinan yang ada di Cirebon.

Salah satunya adalah kerajinan gerabah di Desa Sitiwinangun. Beberapa motif dan barang kerajinan buatan masyarakat setempatnya mengadopsi hewan-hewan mitos dari akulturasi budaya Tiongkok, seperti naga dan singa. Hal tersebut disampaikan Kuwu Desa Sitiwinangun, Ratija Bratamanggala saat ditemui Radar, kemarin.

Menurutnya, motif dan corak serta bentuk hewan-hewan mitos yang dijadikan kedalam bentuk kerajinan gerabah dipercaya merupakan akulturasi budaya Tiongkok yang ada di Kecamatan Jamblang.

“Mungkin yang paling dominan adalah pengaruh perjalanan Laksamana Cheng Ho dimana Desa Sitiwinangun dilintasi Sungai Jamblang yang pada masa lalu merupakan akses lalu lintas menuju Pelabuhan Muara Jati, sehingga akukturasi dan pencampuran budaya sangat mungkin terjadi karena Jamblang saat itu sangat maju sebagai salah satu pusat perdagangan dan perekonomian,” ujarnya.

Di wilayahnya tersebut, menurut Ratija, banyak perajin yang membuat gerabah dengan bentuk hewan mitos, dimana ada kemiripan dengan model gerabah yang ada di Tiongkok. Bahkan, di wilayahnya juga ada Kompleks Pecinan yang membuktikan pengaruh Tiongkok sangat kental di wilayah tersebut.

“Kompleks Pecinan yang ada di kita ini merupakan yang ada di luar Kota Cirebon. Tertuma setelah Komplek Pecinan yang ada di Kanoman. Banyak rumah-rumah besar dan disini juga ada rumah Letnan. Jejak ini sangat erat kaitannya dengan ekspedisi Cheng Ho, sehingga tidak berlebihan jika dulu wilayah ini adalah salah satu pusat perdagangan dan pusat perekonomian di Cirebon,” imbuhnya.

Desa Sitiwinangun sendiri, menurut Ratija, luasnya sekitar 65 hektare yang terdiri dari lahan pertanian sekitar 35 hektare dan sisanya sebanyak 35 hektare terdiri dari pemukiman, perkantoran dan lain-lain. Saat ini, sambungnya, di Sitiwinangun minat menjadi perajin gerabah sudah mulai tumbuh kembali. “Tidak kurang saat ini ada sekitar 70 lebih perajin gerabah yang sebagian diantaranya didominasi anak-anak muda,” pungkasnya. (dri)

https://www.youtube.com/watch?v=ezzOlOyZgG8&t=2s

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: