Defisit APBN Tembus Rp138,1 Triliun
JAKARTA-Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga April 2021 tercatat telah mencapai Rp138,1 triliun. Jumlah itu setara 13,7 persen dari target defisit tahun ini Rp1.006,4 triliun. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebutkan nilai Rp138,1 triliun itu setara 0,83 persen dari produk domestik bruto (PDB), dari jumlah defisit yang diperbolehkan untuk tahun ini sebesar maksimal 5,7 persen terhadap PDB.
“Defisit APBN hingga April sedikit alami perbaikan. Rp138,1 triliun juga relatif lebih kecil (dibandingkan Maret) dan ini akan coba dijaga tanpa mengganggu tren pemulihan ekonomi,” ungkap Sri Mulyani dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR-RI, Senin (24/5).
Sri Mulyani mengungkap, jika dilihat secara kuartal maka realisasi defisit hingga April tersebut lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yakni Rp144,2 triliun.
Ia merinci defisit tersebut terjadi karena pendapatan negara sampai akhir April 2021 baru Rp585 triliun atau masih 33,5 persen dari target dalam APBN sebesar Rp1.743,6 triliun.
Pendapatan negara ini tumbuh 6,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy) bahkan lebih besar dari realisasi pendapatan negara per April 2020 yang hanya tumbuh sebesar 3,2 persen atau Rp549,4 triliun.
Sementara itu, realisasi pendapatan negara meliputi penerimaan pajak sebesar Rp374,9 triliun atau 30,5 persen terhadap target APBN sebesar Rp1.229,6 triliun dan mengalami kontraksi 0,5 persen dibandingkan periode sama tahun lalu Rp376,6 triliun.
Kemudian untuk penerimaan bea dan cukai tercatat sebesar Rp78,7 triliun atau 36,6 persen dari target Rp215,0 triliun dan tumbuh 36,5 persen (yoy). “Kami berharap pemulihan ekspor, manufaktur akan terus berkontribusi dan momentum terlihat mulai April dan Mei ini bisa berlanjut,” tuturnya.
Selain itu, penerimaan PNBP melonjak tumbuh 14,9 persen (yoy) atau terealisasi Rp131,3 triliun dan merupakan 44 persen dari target yakni Rp298,2 triliun karena adanya penerimaan dari sisi komoditas.
Di sisi lain, belanja negara hingga April 2021 telah mencapai Rp723 triliun atau 26,3 persen dari target Rp2.750 triliun dan tumbuh hingga 15,9 persen (yoy).
“Belanja negara jadi instrumen powerful untuk mendorong pemulihan ekonomi dengan pertumbuhan hingga April mencapai 15,9 persen,” ungkapnya.
Belanja negara itu terdiri dari pemerintah pusat, tercatat Rp489,8 triliun atau 25,1 persen dari target Rp1.954,5 triliun dan tumbuh 28,1 persen (yoy).
Adapun belanja pemerintah pusat meliputi belanja K/L sebesar Rp278,6 triliun atau 27 persen dari target Rp1.032 triliun dan telah tumbuh 37,2 persen dibandingkan periode sama tahun lalu Rp203,1 triliun.
Kemudian belanja non-K/L terealisasi sebesar Rp211,3 triliun atau 22,9 persen dari target Rp922,6 triliun dan tumbuh 17,7 persen (yoy).
Kemudian untuk transfer ke daerah dan dana desa ( TKDD ) tercatat sebesar Rp233,2 triliun atau 29,3 persen dari target Rp795,5 triliun yang merupakan turun 3,4 persen dibandingkan periode sama tahun lalu Rp241,3 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: