Novi Empat Tungku
Tapi batuk Novi tidak kunjung reda. Bahkan saturasinya turun tinggal 80. Mereka memang punya alat ukur tensi, temperatur, dan saturasi di rumah.
Mereka pun menyerah: mau masuk rumah sakit.
Tapi tidak mau dijemput ambulans. Maka Meindy yang mengantarkan sang istri ke RS Santoso Bandung. Setelah parunyi difoto ternyata sudah sangat ”berkabut”. Langsung dimasukkan ICU.
Berbagai pengobatan dilakukan. Termasuk transfusi plasma konvalesen. Sampai punventilator invasif: tidak tertolong.
Apakah Novi punya komorbid? “Tidak ada,” ujar Meindy. “Hanya obesitas,” tambahnya.
Berat badan Novi memang naik terus. Sampai di atas 100 Kg. Berbagai upaya menurunkan badan tidak berhasil.
Makan beras merah. Gagal. Hanya makan sayur dan buah, juga gagal. Dia juga pernah menuruti saran dokter dari India. Soal pengaturan makanan. Hasilnya: Novi diare.
“Novi itu, ibaratnya hanya minum air putih pun berat badannyi terus naik,” kata Meindy.
“Mungkin turunan. Mertua perempuan saya juga gemuk,” katanya.
Rupanya itu juga sesuai dengan hobi Novi: masak. Lihatlah instagramnyi: @noviliahafsah.
Ada 5.000 lebih foto yang diposting. Didominasi foto kue hasil masakannyi. Novi suka masak apa saja. Terutama masakan Barat.
Novi juga wanita yang bisa menyeimbangkan antara karir dan rumah tangga. Novi selalu menyempatkan diri masak untuk keluarga.
Dalam hal hobi itu sebenarnya Novi, kini, lagi bahagia-bahagianya. Empat bulan lalu mereka membeli kompor baru: empat tungku. Agar bisa masak lebih banyak dan lebih cepat.
Meindy agak terlambat bertemu Novi –untuk ukuran zaman itu. Meindy sudah berumur 31 tahun.
Novi sudah dokter muda. Umur Novi 7 tahun di bawah Meindy. Mereka dipertemukan oleh kakaknya.
Meindy seorang akuntan lulusan STAN Jakarta yang terkenal itu. Lalu jadi pegawai negeri di kementerian keuangan. Ia sudah bertugas di berbagai daerah. Lalu mengaudit Telkom di Bandung.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: