Pemakaman Jurnalis Belanda Digelar Secara Khusus

Pemakaman Jurnalis Belanda Digelar Secara Khusus

BELANDA - Jurnalis kriminal ternama Belanda, Peter R. de Vries, meninggal dunia pada Kamis (15/7). Selama 9 hari De Vries berjuang untuk tetap hidup dalam perawatan usai ditembak 5 kali pada Selasa (6/7) sesaat keluar dari studio televisi.

BBC mengungkapkan, insiden tersebut terjadi pada pukul 19.30 waktu setempat. Dia baru keluar dari studio TV tempatnya bekerja di Lange Leidsedwarsstraat, Amsterdam, Belanda. Saat itulah jurnalis 64 tahun tersebut ditembak dari jarak dekat. Salah satu tembakan menembus kepalanya.

“Itu adalah serangan yang kejam dan tidak berperasaan,” ujar Wali Kota Amsterdam Femke Halsema, Rabu (7/7).

Tuhan berkehendak lain. Usai menjalani perawatan selama 9 hari, De Vries mengembuskan napas terakhir. Saat meninggal, De Vries dikelilingi oleh keluarga dan orang-orang yang mencintainya.

Prosesi pemakaman De Vries dilaksanakan pada Kamis (15/7). Namun, hanya teman dan keluarga yang diperbolehkan menghadiri prosesi pemakaman mendiang De Vries. Pemakaman memang dilakukan secara khusus, bahkan media tidak diundang.

“Setiap upacara (pemakaman) adalah sebuah tantangan, terutama ketika seluruh negeri tersentuh dengan prosesi tersebut,” ucap Hans Bleijerveld, Direktur Layanan Pemakaman di grup asuransi Monuta kepada radio NPO.

Blijerveld yang bertanggung jawab dalam prosesi pemakaman mendiang De Vries mengatakan langkah-langkah keamanan diambil. Masyarakat diimbau untuk tidak berlama-lama karena masih dalam pandemi Covid-19.

Seperti dilansir Telegraaf.nl, peti mati berisi jenazah Peter R. de Vries dibawa dari Royal Theatre Carre (Gedung Teater) di Amsterdam. Ibadah pelepasan jenazah di Carre dimulai pukul 11.00 dan hanya untuk tamu undangan. Iring-iringan pembawa jenazah perlahan-lahan keluar sekitar pukul 13.00.

Peti mati berwarna putih dibawa mobil jenazah bernuansa perak. Sebuah rangkaian bunga dengan nuansa merah ditempatkan di mobil. Di depan mobil ada mobil perak yang di dalamnya ada putra De Vries, Royce. Mobil tersebut diikuti oleh dua pengendara sepeda motor. Di depan mobil juga ada pengendara sepeda motor, diikuti oleh beberapa mobil. Prosesi pemakaman mendiang De Vries hanya untuk kerabat, media bahkan tidak diundang.

Tamu pertama keluar sekitar pukul 13.00. Beberapa tamu berhenti dan berbicara satu sama lain dan saling berpelukan. Yang lain melanjutkan ke teras di depan teater, di mana para tamu mendapat sajian minum. Sekitar pukul 13.45 suasana cukup sepi, banyak tamu sudah beranjak pulang.

Peti mati berisi jenazah De Vries dibawa oleh petugas khusus diikuti oleh keluarga dan pasangan mendiang De Vries. Prosesi pemakaman diiringi lantunan lagu Bolero karya komposer Maurice Ravel. Itu merupakan lagu untuk mengiringi tarian balet. Selama kebaktian, sang putra Royce, sang putri Kelly, dan rekannya, terus menunjukkan kesedihan yang mendalam.

Wartawan lepas asal Belanda, Bud Wichers, memberikan laporan eksklusif kepada JawaPos.com. Wichers mengatakan prosesi pemakaman dilaksanakan dengan keamanan yang ketat. Helikopter polisi berputar-putar selama prosesi pemakaman, penembak jitu ditempatkan di atap, unit kontra terorisme berjaga di mobil anti peluru, dan banyak petugas polisi (berpakaian preman) dengan jaket antipeluru ditempatkan di setiap sudut. Itu dilakukan untuk memastikan keselamatan mereka yang ingin memberikan penghormatan terakhir kepada mendiang De Vries.

“Itu merupakan pemakaman terbesar di Belanda,” sebut Wichers.

Pelaku penembakan Peter R. De Vries adalah Delano Geerman (21) berasal dari Rotterdam. Pelaku kemungkinan besar terkait dengan geng terkenal bernama Mocro Maffia yang dipimpin oleh gangster paling terkenal bernama Ridouan Taghi. Saat ini dipenjara di penjara paling aman di Belanda yakni di Vught.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: