Kemenkes: Jangan Takut Tes Corona

Kemenkes: Jangan Takut Tes Corona

JAKARTA- Masyarakat diminta tidak takut melakukan pengujian atau testing Covid-19. Masyarakat yang mau dites dinilai telah berkontribusi pada upaya pengendalian laju penularan Covid-19.

Hal ini terlihat dari Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) memperlihatkan tren positif. Yakni mulai menurunnya kasus di Jawa dan Bali dan keterisian fasilitas perawatan serta isolasi. Angka tingkat positif secara nasional mengalami penurunan. Dari semula mendekati 40 persen, saat ini berada di kisaran 25 persen.

Masih perlu upaya untuk mencapai kurang dari 5 persen. Karena itu, upaya peningkatan jumlah pengujian terus dilakukan. “Walaupun kita melihat tren yang baik dari hasil pelaksanaan, mulai dari PPKM Darurat kemudian PPKM Leveling ini, kita masih harus terus konsisten. Terutama dalam hal testing,” ujar Jubir Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi di Jakarta, Kamis (5/8).

Hal itu, karena masih tingginya angka kematian. Sebagian besar kasus meninggal adalah pasien yang datang ke rumah sakit dalam kondisi sudah kritis. Varian Delta juga berpengaruh pada kondisi tersebut. Karena sifatnya yang cepat menular dan berisiko meningkatkan tingkat keparahan.

Nadia mendorong masyarakat melakukan deteksi dini melalui pengujian. Karena mematuhi protokol kesehatan dan pengujian merupakan salah satu langkah untuk mengendalikan laju penularan Covid-19. “Jangan takut di-testing. Karena dengan kita konsisten melakukan testing terus agar bisa mengendalikan laju penularan ini. PPKM ini perlahan-lahan tentu akan ada relaksasi,\" pungkasnya.

Sementara itu, kasus positif Covid-19 di Indonesia sudah mulai menurun. Namun, sebagian besar wilayah masih memiliki kasus aktif. Hal ini perlu segera ditekan. “Jika dilihat pada sebaran 514 kabupaten/kota, sebagian besar wilayah di Indonesia 63,13% atau 324 kabupaten/kota memiliki kasus aktif. Jumlahnya antara 51 sampai 1.000 kasus,” kata Jubir Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito di Jakarta, Kamis (5/8).

Menurutnya, pemerintah daerah dan masyarakat setempat perlu berupaya untuk menurunkan kasus aktif. Targetnya agar lebih cepat untuk berubah menjadi kesembuhan. Yang saat ini perlu menjadi perhatian, lanjut Wiku, masih ada 25,49 persen atau 131 kabupaten/kota yang memiliki lebih dari 1.000 kasus Covid-19. Sebanyak 83 kasus di antaranya berasal dari pulau Jawa dan Bali.

Terdapat 50 kabupaten/kota dengan jumlah kasus aktif tertinggi di Indonesia. Jawa Barat menjadi penyumbang terbanyak yang memiliki kasus aktif tertinggi. Yakni 11 kabupaten/kota. Disusul Banten dan Jawa Timur. Masing-masing enam kabupaten/kota. Kemudian DI Yogyakarta sebanyak lima kabupaten/kota.

Secara nasional terdapat lima besar kabupaten/kota yang memiliki kasus aktif tertinggi. Yaitu Kota Depok sebanyak 27.389 kasus aktif. Kemudian Kota Bekasi 22.674 kasus aktif, Kota Bandung 15.151 kasus aktif, Kabupaten Bantul 14.760 kasus aktif dan Kota Tangerang Selatan 11.180 kasus aktif.

Lebih dari setengah provinsi di Indonesia memiliki kabupaten/kota dengan kasus aktif di atas 2.300 kasus. “Padahal pada akhir Mei lalu sebelum lonjakan kasus terjadi, jumlah kasus di kabupaten/kota ini hanya berkisar antara 400 sampai dengan 1.000 kasus saja,” terangnya.

Daerah kabupaten/kota yang dimaksud di antaranya tujuh daerah di pulau Sumatera. Empat daerah di pulau Kalimantan, dua daerah di Sulawesi. Selanjutnya, dua daerah di Papua serta Bali. Disusul NTT dan Maluku masing-masing satu daerah. (rh/fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: