NPI Dalam Posisi Aman, Neraca Perdagangan Alami Surplus Sebesar USD4,7 Miliar

NPI Dalam Posisi Aman, Neraca Perdagangan Alami Surplus Sebesar USD4,7 Miliar

NERACA Pembayaran Indonesia (NPI) dipastikan dalam posisi aman. Hal itu tercermin dari neraca perdagangan pada Agustus 2021 yang mengalami surplus sebesar USD4,7 miliar atau yang tertinggi sejak Desember 2006.

Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengatakan bahwa membaiknya neraca perdagangan itu ditopang oleh peningkatan ekspor komoditas utama seperti CPO, batubara, besi dan baja, serta bijih logam. Sementara itu, aliran masuk modal asing berlanjut dengan investasi portofolio mencatat net inflows sebesar USD1,5 miliar pada periode Juli hingga 17 September 2021.

“Posisi cadangan devisa pada akhir Agustus 2021 juga meningkat menjadi sebesar USD144,8 miliar, setara dengan pembiayaan 9,1 bulan impor atau 8,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta melampaui kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor,” ujar Perry dalam konferensi pers virtual, Selasa (21/9/2021).

Di tengah membaiknya angka NPI, Perry juga menegaskan bahwa pihaknya akan berupaya keras menjaga stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Diketahui nilai tukar rupiah pada 20 September 2021 menguat 0,94 persen secara rerata dan 0,18 persen secara point to point dibandingkan dengan level Agustus 2021.

Dikatakan Perry, penguatan nilai tukar rupiah ini didorong oleh persepsi positif terhadap prospek perekonomian domestik, terjaganya pasokan valas domestik, dan langkah-langkah stabilisasi Bank Indonesia.

Dengan perkembangan tersebut, rupiah sampai dengan 20 September 2021 masih mencatat depresiasi sebesar 1,35 persen year to date (ytd) dibandingkan dengan level akhir 2020. Ini relatif lebih rendah dibandingkan depresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lainnya, seperti Malaysia, Filipina, dan Thailand.

“Kami terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya dan bekerjanya mekanisme pasar, melalui efektivitas operasi moneter dan ketersediaan likuiditas di pasar,” pungkas Perry. (fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: