Rusia Diam-diam Kirim Kapal Selam ke Indonesia
Dua belas kapal selam dan KRI Irian lantas dikirim ke Pelabuhan Bitung (Sulawesi Utara) untuk bersiap menghadapi konfrontasi dengan Belanda. Selama berpangkalan di sana, mereka kerap melakukan patroli di sekitar wilayah pantai Irian.
Soal kehadiran dan peran penting orang-orang Rusia itu diakui oleh F.X. Soeyatno. Bahkan tidak sekadar sebagai instruktur, mereka pun terlibat aktif dalam patroli. Alumni Akademi Angkatan Laut (AAL) angkatan ke-9 itu bersaksi jika mereka merupakan prajurit bawah laut yang tangguh.
“Saya pernah bertugas bersama mereka mengawasi perairan sepanjang Pantai Utara Irian Barat…” ungkap eks awak kapal selam RI Tjudamani tersebut.
Kendati hubungan antara prajurit-prajurit AL Uni Soviet dengan prajurit-prajurit ALRI diakui Soeyatno berlangsung cukup baik, namun ada saja muncul masalah. Menurut Okorokov, para sukarelawan Uni Soviet mengeluhkan data intelijen yang dipasok oleh orang-orang Indonesia tidak valid, kacau dan minim informasi.
Bahkan lebih dari itu, diam-diam para sukarelawan mencurigai adanya “pengkhianatan”. Indikasi-nya: kapal-kapal selam dari Armada ke-7 Amerika Serikat selalu setiap saat membuntuti pergerakan mereka. Dalam situasi tempur, kondisi itu jelas mengarah kepada suatu kekalahan, kata Okorokov.
Situasi kritis itu berlangsung hampir selama dua minggu. Para awak Rusia sudah mempersiapkan diri secara fisik dan mental untuk terlibat dalam suatu perang tanpa batas dengan Belanda yang secara nyata didukung juga oleh Amerika Serikat. Untunglah, kesepakatan damai segera tercipta dan secepatnya mereka pun ditarik kembali ke Surabaya.
“Andaikan Belanda ngeyel dan perang pecah di Irian, tentara Rusia itu akan dicatat dalam sejarah sebagai tentara Blok Timur pertama yang langsung berhadapan dengan Belanda yang mewakili Blok Barat,” ungkap Kolonel (Purn) Arifin Rosadi, salah seorang anggota Korps Hiu Kencana yang sempat mendampingi para sukarelawan Uni Soviet tersebut.
Menurut data yang dilansir oleh Okorokov dalam bukunya, selama tahun 1962, Uni Soviet telah menempatkan 1.740 tentaranya di angkatan bersenjata Indonesia (termasuk ALRI). Jumlah itu meliputi tenaga instruktur, penasehat militer dan sukarelawan tempur.(ing/historia.id)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: