Mengenang Sosok Almarhum KH Fuad Hasyim Buntet, Cirebon

Mengenang Sosok Almarhum KH Fuad Hasyim Buntet, Cirebon

SEBAGAI seorang yang hidup di lingkungan pesantren yang berbasis Nahdlatul Ulama (NU), Alm KH Fuad Hasyim sangat kental dengan kecintaannya terhadap NU. Bahkan, menurut putra sulungnya, KH Luthfy Elt Hakim, kecintaan ayahnya terhadap NU melebihi kecintaannya kepada keluarganya sendiri.   Jamal Suteja, Cirebon   “Salah satu wasiatnya kepada anak-anaknya menjelang wafat, beliau tidak akan rida kalau sampai anak-anaknya ada yang keluar dari NU,\" ujar Luthfy saat ditemui Jumat (15/11) di kediamannya di Pondok Pesantren Nadwatul Ummah Buntet Pesantren Kec Astanajapura Cirebon. Lutfhy menuturkan sosok sang ayah yang ia kenal, adalah seorang yang pantang mengingkari janji. Namun apabila ada kepentingan NU, ia rela mengenyampingkan janji dan urusan pribadinya. \"Beliau kan banyak jadwal ceramah, namun bila bentrok jadwalnya dengan acara NU, lebih memilih NU daripada yang lainnya. Bahkan untuk urusan keluarganya sendiri,\" katanya. Sebagai ulama besar, semasa hidupnya, KH Fuad Hasyim dikenal sebagai seorang mubalig yang sederhana dan disebut memiliki ilmu hikmah. Sejak kecil ia hidup di lingkungan pesantren. Dilahirkan pada tanggal 26 Juni 1941 di Buntet Pesantren, Desa Mertapada Kulon, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon dari seorang ibu yang bernama Nyi Hj Karimah dan ayah bernama KH Hasyim Manshur. Saat wartawan koran ini menanyakan apa yang membuat alm KH Fuad Hasyim bisa sebesar ini, Lutfhi menjawab, bahwa kebesaran sang ayah merupakan berkah ilmu dari para ulama dan guru-gurunya. \"Sebab ia besar dan dikenal banyak orang itu, tidak melalui siapa-siapa,\" tukasnya. Aad begitu sapaannya saat kecil, merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Fuad kecil menempuh pendidikan di sekolah rakyat (SR) setingkat ibtidaiyah. Rupanya guru-gurunya juga sudah melihat bakat Fuad sejak kecil. Mereka menilai, Fuad berbeda dengan teman-teman seumurannya. Sehingga tak heran, setamat dari ibtidaiah, sekitar umur 12 tahun, para kiai sepuh di Buntet Pesantren meminta Fuad untuk mengajar teman-teman sepantarannya, dan juga kakak-kakak kelasnya di tsanawiyah. Pada umur, 17 tahun Fuad sudah menjadi seorang mubalig muda. Ia kerap mengisi pengajian dan acara ceramah. Sampai wafat, Fuad dikenal sebagai seorang pendiam. Hal ini kontraproduktif dengan profesi dia sebagai seorang dai yang banyak berbicara di hadapan jamaah. \"Beliau itu sangat sederhana dan pendiam, jadi aneh karena sifatnya kontraproduktif dengan profesinya sebagai mubalig. Sampai-sampai kalau ada tamu, jika tidak diajak bicara duluan beliau itu diam saja,\" ucapnya. Namun, uniknya ketika di atas podium, gaya Fuad berbicara sangat bersemangat. Gaya retorika dan pola bahasa memiliki ciri khas dan pemaparannya yang mengalir dengan logis. \"Apa yang disampaikan beliau itu bukan materi yang biasa, karena materinya banyak  orang yang belum tahu. Itu yang menarik dari setiap ceramah-ceramah yang dibawakannya,\" kata Lutfhi. Kepandainya beretorika, mengantarkan tokoh yang pernah menjabat Rois Syuriah NU ini banyak mendapatkan undangan sebagai pembicara pada acara seminar di universitas-universitas luar negeri. Puncaknya saat ia mendapat kehormatan menjadi pembicara di hadapan Majelis Muslim Eropa di Inggris. Saat itu, kenang Lutfhi, Beliau kelihatan bingung ketika menerima undangan itu. Sebab sebagai seorang lulusan SR, ia tidak begitu mahir berbahasa Inggris. Lalu, ia beserta temannya, berziarah ke makam para kiai. Namun karena kecapean, tertidur sampai subuh. Sedangkan temannya masuk dan berziarah. Saat terbangun, Fuad berkata kepada temannya, \"kenapa tidak membangunkan saya?\". “Saya kasihan karena kecapean,” jawabnya. Setelah bangun tidur itu ternyata Fuad senang tidak bingung lagi. Itu karena dalam tidur tersebut mengaku bermimpi diajarkan bahasa Inggris oleh almarhum para kiai. Ia mendapatkan materi apa yang mau disampaikan dalam acara seminar masyarakat muslim Eropa. Fuad pun berbicara dengan menggunakan bahasa Inggris tanpa henti sampai pulang ke rumahnya. \"Secara sekilas itu tidak logis, tapi itu nyata,\" kenang Luthfi. Selain, dikenal sebagai mubalig, KH Fuad Hasyim dikenal sebagai seorang seniman dan budayawan. Banyak menciptakan lirik lagu-lagu kasidah dan juga lagu-lagu melankolis. Bahkan disebutkan Lutfhi, ada salah satu lagu karangan ayahnya yang dinyanyikan sang raja dangdut H Rhoma Irama. Beberapa judul lagunya yaitu Ya Nahdlatul Ulama dan Senandung Kalbu. Sisi lain dari sang kiai yang banyak menerima gelar DR (HC) dari universitas di luar negeri itu, ialah bahwa KH Fuad Hasyim merupakan seorang pencinta film, terutama film India. \"Sejak pesantren ia sudah suka nonton film. Sampai-sampai di tasnya itu banyak karcis-karcis bioskop. Uniknya kegiatannya itu dibolehkan oleh para kiai. Mungkin mereka sudah tahu bahwa sang kiai akan menjadi besar,\" katanya. Namun hanya Fuad seorang yang diizinkan untuk menonton film. Teman-temanya bukannya iri, malah senang. Itu lantaran Fuad juga cepat hafal dengan cerita film dan lirik lagu-lagunya. Sehingga teman-temannya bisa mendapatkan cerita film tersebut dari Fuad. Bahkan sampai lirik lagunya pun ia nyanyikan. \"Itu kelebihan beliau, sehingga teman-temannya pun senang, kalau akhir pekan suka iuran untuk menyuruh beliau pergi menonton film agar bisa diceritakan kepada teman-temannya,\" kata Lutfhy. Lutfhy mengatakan, bahwa sisi lain yang tidak diketahui oleh orang lain. Sosok alm KH Fuad Hasyim ialah seorang penyuka otomotif dan elektronik. \"Entah dari mana belajarnya, dia itu mengerti mesin mobil dan suka mengotak-atik mesin sendiri. Selain itu, beberapa barang elektornik seperti kulkas, televisi setrika kalau rusak itu selalu beliau perbaiki sendiri, ini yang mungkin banyak orang yang tidak tahu dari sosok beliau, dan hanya keluarga saja yang tahu,\" pungkasnya. (jamal suteja)   Nama: Prof Dr MA Fuad Hasyim Lahir         : Cirebon, 26 Juni 1941 Wafat        : Cirebon, 12 Juli 2004   Nama Orang tua Ayah     : KH Hasyim Mansyur Ibu      : Nyi Hj Karimah   Anak Pertama dari Empat Bersaudara   Pendidikan - Sekolah Rakyat (Ibtidaiyah) - Pesantren Al-Falah Ploso, Kediri (3 bulan) - Pesantren Lirboyo, Bandar Kidul (1 bulan) - Pesantren Bendo Pare, Kediri (6 bulan) - Pon-Pes Lasem, Jawa Tengah (1 tahun)   Jabatan Yang Pernah Dipegang - Rois Syuriah Nahdatul Ulama (1984) - Kadisroh Mabes Polri (1975-1982) - Pendiri dan Pengasuh Pesantren Nadwatul Ummah di Buntet Pesantren (1970)   Menjadi Pembicara dan Mendapat Gelar DR (HC) - Tahun 1980-an dari Universitas di Malaysia, Philipina, Singapura, dan Australia - Tahun 1989 menjadi pembicara di hadapan Majelis Muslim Eropa di Inggris - Tahun 1990 Oxford University, Cambrige University (Inggris), dan Universitas di Prancis   Buku Yang Pernah Ditulis - Butir-butir Hikmah Sufi - Para Sahabat dll   Nama Isteri   : Nyi Hj Minhatul Maula Fuad Hasyim   Nama Anak - Luthfy Elt Hakim - Neli Nailufar - Sholahudin Al-Faiz - M Abbas - M Naufal - M Faris - Nurul Hikmah - Ismatul Rohmah - Ainul Widar - Ratna Al-Faidah    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: