Hidup di Pulau yang Sama, Ini Alasan Kenapa Bahasa Jawa dan Sunda Beda (Bagian-2)
Masyarakat Jawa dan Sunda tinggal di Pulau Jawa yang sama, tetapi memiliki bahasa yang beda meski ada juga kosa kata yang mirip.-Ist-radarcirebon.com
CIREBON, RADARCIREBON.COM - Bahasa Sunda dan Jawa memiliki beberapa persamaan dan perbedaan. Tetapi secara umum menjadi Bahasa masing-masing yang juga berbeda.
Ada alasan dari tinjauan historis, kenapa Bahasa Jawa dan Sunda berbeda, sekaligus memiliki banyak persamaan.
Melanjutkan kisah di Part 1 yang dapat dibaca di LINK INI, berikut adalah kisah perjalanan Raden Sanjaya penguasa Kerajaan Sunda yang memilih hijrah ke Jawa Tengah dan mendirikan kerajaan baru.
Seperti diketahui, dalam kisah sebelumnya Raden Sanjaya yang bertakhta di Kerajaan Sunda juga memegang takhta di Kerajaan Galuh. Selanjutnya juga mendapatkan warisan takhta di Kerajaan Kalingga.
BACA JUGA:Hidup di Pulau yang Sama, Kenapa Jawa dan Sunda Beda Bahasa? (Bagian-1)
Tiga kerajaan tersebut tentu saja begitu besar. Raden Sanjaya diyakini sosok yang tepat oleh orang-orang di Kerajaan Kalingga dan dapat meneruskan kejayaan kerajaan.
Tetapi meski menguasai tiga kerajaan sekaligus, Raden Sanjaya memilih memberikan takhta kerajaan-kerajaan tersebut kepada putra-putranya.
Sementara dia sendiri pergi ke Jawa Tengah dan mendirikan Kerajaan Medang Kamulan atau yang kemudian dikenal dengan nama Mataram Kuno pada tahun 732 sampai dengan 1016 Masehi.
Prasasti Mantyasih tahun 907 menuliskan bahwa raja pertama di Kerajaan Medang Kamulan adalah Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya.
BACA JUGA:16 Pemain yang Tidak Dipanggil Shin Tae Yong di Piala AFF 2022, Alumni Timnas
Masalahnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti, di mana sesungguhnya Raden Sanjaya pertama kali mendirikan Mataram Kuno tersebut.
Penelitian Balai Arkeologi Yogyakarta pernah menyebutkan bahwa Kerajaan Medang Kamulan tempa Raden Sanjaya tinggal pertama kali ada di daerah Grobogan.
Sebab, di daerah tersebut banyak ditemukan peninggalan Kerajaan Medang Kamulan dan saat ini tersimpan di Museum Banjarejo.
Dari alur tersebut, sebenarnya bisa ditafsirkan bahwa ketika itu bahasa di Sunda dan Jawa masih Sansakerta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: