Gunung Ciremai Bergetar 31 Kali

Gunung Ciremai Bergetar  31 Kali

  KUNINGAN - Pasca gempa tektonik lokal sekitar pukul 19.37 Rabu (1/1) malam yang melanda wilayah Kecamatan Cilimus dan Jalaksana, rupanya mengganggu ketenangan Gunung Ciremai. Dari catatan Seismograf yang berada di Pos Pengamatan Gunung Ciremai, Desa Sampora, Kecamatan Cilimus, gempa vulkanik terjadi sampai 31 kali. “Memang kalau gempa vulkanik itu tidak terasakan oleh kita, hanya bisa tercatat oleh seismograf. Beda dengan gempa tektonik, kaya semalam (kemarin malam, red), getarannya sangat terasa. Nah, gempa tektonik ini memicu terjadinya gempa vulkanik,” tutur petugas Pos Pengamatan Gunung Ciremai, Iyus Rushana, Kamis (2/1). Selang satu jam pasca gempa tektonik, dia mengaku hanya terjadi gempa vulkanik beberapa kali saja. Namun setelah dihitung kembali dalam durasi 2,5 jam, ternyata ada 22 kali getaran yang tergolong gempa vulkanik. Tidak hanya 22 kali saja, gempa vulkanik terjadi lagi sebanyak 4 kali. “Kalau mau digolongkan 22 kali itu termasuk gempa vulkanik B, sedangkan yang 4 kali tergolong gempa vulkanik A,” sebutnya. Antara gempa vulkanik dan B, menurut Iyus hanya beda tipis. Jika Vulkanik A ada waktu tiba dengan istilah SP, sedangkan vulkanik B nampak tak terlihat. Dengan kata lain, vulkanik A masih agak dalam, sedangkan vulkanik B termasuk gempa dangkal. Ketika ditanya mana yang lebih bahaya, Iyus mengatakan keduanya berbahaya. Itu pertanda bahwa aktivitas gunung meningkat. “Dimasukkannya golongan gempa vulkanik A dan Bitu baru pendapat saya setelah membaca seismograf. Selanjutnya saya serahkan ke Mitigasi Bandung untuk koreksinya. Bisa saja pendapat saya salah,” kata Iyus. Ia menerangkan, gempa vulkanik terbilang pendek-pendek. Kisarannya hanya antara 5 sampai 30 detik. Lain halnya dengan gempa tektonik yang terjadi pada malam itu, durasi yang tercatat di seismograf mencapai 100 detik atau kurang dari menit. “Kalau vulkanik itu tidak lama, bahkan ada yang 5 detik saja. Dan itu tidak terasakan oleh penduduk. Beda dengan tektonik kaya semalam, sangat terasa dalam beberapa detik meski di seismograf berdurasi 100 detik,” jelas dia. Dengan terjadinya gempa vulkanik hingga mencapai 26 kali pada Rabu malam, menurut Iyus, sudah masuk kategori yang tidak normal. Ini terjadi karena dipicu oleh adanya gempa tektonik lokal. Namun pihaknya kembali bernafas lega setelah Kamis (2/1) kemarin hanya mencatat 5 kali gempa saja. “Kamis tadi selama 12 jam kami juga mencatat ada 5 kali gempa vulkanik. Ini menandakan aktivitas Gunung Ciremai kembali ke kondisi normal. Karena kalau dalam sehari ada 1-10 gempa vulkanik, maka gunung masih dianggap berkondisi normal. Kecuali lebih dari itu,” ungkapnya. Bagi Iyus, kondisi seperti itu merupakan hal biasa dalam urusan gunung api. Hanya saja dirinya berharap kondisi tersebut tidak terjadi untuk Jumat (3/1) ini. Paling tidak kisarannya hanya 5 kali getaran saja sehingga masih dikategorikan normal. “Saya juga berharap tidak terjadi gempa tektonik susulan, karena seperti yang saya bilang tadi, dapat memicu gempa vulkanik. Magma di dalam gunung yang sedang tenang, seolah dibangunkan,” ucapnya. Kaitan dengan gempa tektonik yang terjadi pada Rabu malam, pihaknya sudah melakukan konfirmasi ke pimpinan di Bandung . Alhasil, ia sudah bisa mengkategorikan bahwa gempa tersebut tergolong gempa tektonik local. Sebab, berdasarkan laporan masyarakat, hanya dirasakan wilayah Kecamatan Cilimus dan Jalaksana saja. Dalam mengulas aktivitas gunung pada 2003 silam, hingga status dinaikkan menjadi siaga, itu berawal dari terjadinya gempa tektonik lokal. Awalnya getaran terasa seperti yang terjadi pada Rabu malam kemarin. Sepekan kemudian, terjadi gempa tektonik susulan hingga membuat retak bangunan rumah penduduk. Bahkan ada rumah yang ambruk. Dari gempa tektonik itu, akhirnya memicu gempa vulkanik sehingga status gunung dinaikkan menjadi siaga. “Saya berharap kejadian 10 tahun lalu tidak terulang. Karena kasihan masyarakat jadi cemas dengan dinaikkannya status gunung. Dengan getaran yang hanya 5 kali pada Kamis tadi (kemarin, red) maka gunung sudah mulai normal kembali,” pungkasnya. (ded)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: