ANEH TAPI NYATA! Digoncang Isu Sesat, Jumlah Santri Baru Mahad Al Zaytun Tambah Terus, Hampir 2 Kali Lipat

ANEH TAPI NYATA! Digoncang Isu Sesat, Jumlah Santri Baru Mahad Al Zaytun Tambah Terus, Hampir 2 Kali Lipat

Jumlah santri baru Mahad Al Zaytun bertambah hampir 2 kali lipat.-Mahad Al Zaytun-radarcirebon.com

BACA JUGA:Prediksi 6 Pemain Persib Bakal Disingkirkan Luis Milla

“Kalau bertanya uang membangun Al Zaytun. Saya ini pekerja keras. Saya tidak sendiri. Berrsama banyak kawan,” tegasnya.

Dicontohkan syekh misalnya dalam hal pengelolaan kebutuhan pangan yakni beras. Selama 25 tahun berjalan, beras yang diproduksi bisamencapai 3-5 kali lipat dari yang dikonsumsi.

Oleh karena itu, sisanya dijual lewat koperasi dan kanal-kanal lainnya. Sehingga sudah mendapatkan penghasilan dan keuntungan usaha.

Tidak dipungkiri syekh bahwa sumber dana di Al Zaytun juga ada berasal dari bantuan negara lewat dana bantuan operasional sekolah (BOS).

BACA JUGA:Kronologi Kasus Penagih Utang di Kuningan Terancam Hukuman 15 Tahun Penjara, Korbannya Anak 9 Tahun

“Ada dana BOS dari negara untuk anak-anak sekolah. 1 tahun rata-rata Rp4 miliar per tahun. Tapi tidak bisa mengandalkan BOS. Kalau hanya mengandalkan bos, sudah banyak yang bangkrut. BOS ini persentasenya 2,74 persen per tahun,” tandasnya.

Sedangkan penghasilan dari biaya pendaftaran murid bisa mencapai Rp40-an miliar per tahun. Angka itu, masih kurang dari kebutuhan Rp119 miliar.

“Kekurangan 33 persen atau sekitar Rp 75 miliar. Itulah gerakan ekonomi. Menanam padi, ikan, sayur. Kami pengusaha, berdikari. Putar. Usaha itu harus ada untung,” tegasnya.

Makanya, Al Zaytun membutuhkan lahan yang luas. Sehingga dapat menghasilkan dana dari berbagai kegiatan usaha yang dilakukan.

BACA JUGA:Kedatangan Duo Spanyol Bikin Luis Milla Lega, Begini Keyakinannya Jelang Lawan Madura United

“Kalau mau menghasilkan dana untuk pendidikan, tanam 800 hektare. Makanya tanah banyak itu, untuk ini,” jelasnya.

Cara pengelolaan di Al Zaytun tersebut, memang sulit diterima oleh masyarakat. Sebab, memang tidak menjalaninya.

Sedangkan pengelolaan model konglomerasi tersebut, sebenarnya sangat bisa dijelaskan dan semua masuk akal.

Dengan model pengelolaan ala konglomerasi itu, orang di luar justru menduga yang tidak-tidak dan menganggap ada sumber dana besar yang masuk.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: kick andy double check