Dinkes Jabar Gelar Orientasi Perlunya Pemantauan Skrinning Gizi dan TTD Rematri dan Ibu Hamil
inkes Jabar pemantauan Pertumbuhan Bagi Kader/Guru PAUD, Skrinning Gizi dan Gizi TTD (tablet tambah darah) pada Rematri dan Ibu Hamil.-Abdullah-radarcirebon.com
CIREBON, RADARCIREBON.COM - Sebagai upaya meningkatkan pengetahuan tentang pertumbuhan dan Skrinning gizi bagi Rematri (remaja putri) dan ibu Hamil, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota Cirebon, menggelar Orientasi Oleh Puspa (puskesmas terpadu dan Juara) Pemantauan Pertumbuhan Bagi Kader/Guru PAUD, Skrinning Gizi dan Gizi TTD (tablet tambah darah) pada Rematri dan Ibu Hamil, selama 3 hari (4-6/7) di Patra Hotel.
Kadinkes Kota Cirebon, dr Siti Maria Listiawati mengapresiasi kegiatan orientasi pemantauan pertumbuhan dan Skrinning gizi bagi kader di lokus Puskesmas Terpadu dan Juara (Puspa) tingkat Provinsi Jabar.
"Tujuan orientasi ini, untuk memberikan penyegaran sekaligus memperkuat peran kader kesehatan dalam fungsinya sebagai penyuluh dan penggerak masyarakat, tanpa mengambil alih fungsi dan peran tenaga kesehatan," kata Maria.
Dalam Orientasi ini, buku KIA (kesehatan ibu dan anak) akan menjadi sumber utama informasi bagi kader. dengan beberapa penekanan poin-poin kunci terhadap masa paling penting dari pertumbuhan perkembangan anak, yaitu masa Bayi baru lahir hingga balita.
BACA JUGA:Idul Adha 1444 Hijriah, Coca-Cola Europacific Partners Indonesia, Donasi Hewan Kurban ke Masyarakat Sekitar
Maria menegaskan, Upaya perbaikan gizi masyarakat menurut UU Nomor 36/2009 tentang Kesehatan, bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat, antara lain melalui perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi, peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi serta kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi.
Pihaknya membeberkan, Hasil Studi Status Gizi Balita (SSGI) tahun 2021, bahwa prevalensi balita stunted sebesar 24,4 persen, wasted sebesar 7,1 persen, underweight 17,0 persen serta overweight sebesar 3,8 persen.
"Provinsi Jawa Barat masih terjadi 3 masalah gizi pada balita," ujarnya.
Bahkan Hasil Studi Status Gizi Balita (SSGI) tahun 2022 di Jawa Barat menunjukkan bahwa prevalensi balita stunted sebesar 20,2 persen, wasted sebesar 6,0 persen, underweight 14,2 persen, serta overweight sebesar 3,8 persen.
BACA JUGA:Disamakan dengan Kisah Nabi Yusuf, Panji Gumilang Dijebloskan ke Penjara karena Kontroversi?
Tingkat kematian dan kesakitan anak dengan gizi buruk lebih tinggi dibanding anak dengan gizi baik. Oleh karena itu, perlu dilakukan penanganan secara cepat dan tepat untuk mencegah kematian dan komplikasi lebih lanjut serta memperbaiki tumbuh kembang anak di masa mendatang.
Maka dari itu, dalam rencana strategis salah satu prioritas pembangunan kesehatan adalah perbaikan gizi masyarakat.
Salah satu arah kebijakan perbaikan gizi masyarakat tahun 2020 – 2024 adalah meningkatnya pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta terutama penguatan pelayanan kesehatan dasar (primary health care) dengan mendorong peningkatan upaya promotif dan preventif didukung inovasi dan pemanfaatan teknologi yang merupakan salah satu startegi perbaikan masyarakat.
Dari 9 indikator intevensi spesifik, 3 diantaranya terkait Stimulasi,Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang serta Pemberian Makan, yaitu indikator terkait Balita yang dipantau tumbuh kembangnya, Anak 6-23 bulan mendapat Makanan Pendamping ASI (MP ASI) dan Balita Gizi Kurang Mendapat Tambahan Asupan Gizi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: