Santri Al Zaytun ‘Dicuci Otak’ Selama 6 -16 Tahun, Apakah Ada Indikasi Sesat?
Santri Mahad Al Zaytun menyatakan tidak ada yang disebut dengan dicuci otak.-Mahad Al Zaytun-radarcirebon.com
BACA JUGA:1 Pelaku Tawuran Konten Diamankan, Sajam yang Dibawa Bikin Merinding
Sebelumnya diberitakan bahwa banyak pertanyaan dan komentar, yang intinya menyudutkan Al Zaytun. Bahkan pondok itu dituding sesat dan menyesatkan sehingga banyak pihak mendesak untuk ditutup.
Kondisi seperti itu membuat prihatin para alumninya. Salah satunya datang dari alumni yang sekarang menjadi pengajar di sebuah kampus terkemuka di Inggris.
Alumni ini bernama Miftahul Ulum. Dia merupakan tenaga pengajar di University of Warwick. Sebuah kampus yang terletak di pinggiran Kota Coventry. Kampus itu diakui sebagai salah satu institusi pendidikan terdepan di Inggris.
“Mohon maaf, status ini tidak untuk menjawab pertanyaan dan juga pernyataan itu. Karena saya percaya, untuk menjawabnya sangat membutuhkan pendekatan ilmiah,” ungkap Miftahul Ulum dalam unggahannya di media sosial Facebook.
BACA JUGA:Disamakan dengan Kisah Nabi Yusuf, Panji Gumilang Dijebloskan ke Penjara karena Kontroversi?
“Bukan pendekatan medsosiyah. Seperti fesbukiyah, twiterriyah, instagramiyah, youtubiyah, apa lagi tiktokiyah,” sambungnya lagi.
Miftahul Ulum sebenarnya enggan menjawab pertanyaan seputar kontroversi Al Zaytun. Namun, jika “kekeuh” ingin mendapatkan jawaban dari alumninya yang di luar negeri, dia pun bersedia melayani pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Sambil menunggu investigasi yang lebih ilmiah, dia pun menyitir teori indoktrinasi. Dia pun menyebut beberapa karya soal teori itu.
Miftahul Ulum merupakan salah satu Alumni Al Zaytun angkatan pertama. Dia belajar di Al Zaytun selama 6 tahun (1999-2005).
Sebagai alumni paling awal, dia pun memberikan jawaban yang menohok bagi para penuding jika Al Zaytun sesat dan menyesatkan.
Singkatnya, kata dia, beberapa studi seputar indoktrinasi, menjelaskan jika proses tersebut dalam militer itu sekitar 9-12 bulan.
Teori ini bisa dicek karya Bryce Sait (2019/2021). Atau beberapa karya sudah cukup lama seperti Penn Borden (1989) dan Quiroga (2007).
Jika merujuk kepada karya-karya tersebut, jelas dia, selama di Al Zaytun dirinya sudah mendapat doktrin yang lebih keras dari militer.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: