Termasuk Daerah Rawan Bencana, Tiga Kampung di Kuningan Ditinggal Penduduknya

Termasuk Daerah Rawan Bencana, Tiga Kampung di Kuningan Ditinggal Penduduknya

Suasana kampung mati di Kuningan, Jawa Barat. Foto:-Tangkapan layar-

KUNINGAN, RADARCIREBON.COM – Terletak di kaki Gunung Ciremai, Kabupaten Kuningan mempunyai kontur geografis berbukit-bukit dan lereng.

Tentu saja, jika melihat situasi tersebut, Kabupaten Kuningan merupakan salah satu daerah rawan bencana alam, seperti tanah longsor.

Bahkan, zona rawan bencana alam di Kabupaten Kuningan mencakup hampir di seluruh kecamatan.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kuningan selalu mengimbau warganya ketika musim hujan datang.

Salah satu bencana alam yang mengintai di wilayah Kabupaten Kuningan adalah pergerakan tanah. Beberapa tahun lalu sempat menimpa sejumlah desa.

BACA JUGA:BP2MI Lepas Pekerja Migran ke Jerman dan Korsel

Bencana alam yang kerap datang tanpa diduga tersebut memaksa warga dari sejumlah kampung atau dusun di Kuningan mengungsi.

Bukan hanya sementara tapi selamanya. Mencari pemukiman baru untuk ditinggali. Yang lebih aman dan dari risiko bencana alam.

Tidak hanya warga. Bahkan Pemerintah Kabupaten Kuningan ikut mempersiapkan hunian sementara (huntara) untuk ditempati warga.

Nah, di beberapa lokasi, pemerintah sampai mengeluarkan instruksi agar warga meninggalkan rumah dan pemukiman mereka lalu pindah ke lokasi baru yang lebih aman.

Terdapat 3 kampung yang kini dikenal sebagai kampung mati di Kabupaten Kuningan. Ketiga kampung itu sangat rawan.

BACA JUGA:Pesta Rakyat Simpedes BRI Gelorakan Pandaan, 20 Ribu Orang Hadir dalam 2 Hari

Jika dihuni kembali oleh warga, maka berpotensi terjadi bencana yang lebih besar dan sangat berisiko.

Oleh karena itu, bencana alam sangat mengancam keselamatan penghuni kawasan tersebut. Hal ini tidak terlepas dari penelitian BMKG yang turun langsung ke lapangan.

Karena itu pemerintah melarang warga untuk tinggal di rumah lamanya. Berikut ketiga kampung atau dusun mati yang ada di Kabupaten Kuningan.

1. Kampung-Dusun Cimeong, Desa Cilayung Kecamatan Ciwaru

Ada 60 keluarga korban bencana tanah longsor di Dusun Cimeong, Desa Cilayung, Kecamatan Ciwaru, Kuningan.

Para korban menempati rumah baru di Dusun Ciendog yang dibangun pemerintah Kabupaten Kuningan.

Di lokasi yang baru ini, warga tinggal di rumah semi permanen senilai Rp 120 juta per unit.

Perumahan bagi warga pengungsi Cimeong tersebut dibuat berderet dalam satu kompleks layaknya perumahan BTN.

BACA JUGA:Alhamdulillah! Satu bulan Lebih Hilang Dicuri, Motor Milik 2 Pedagang Ini Kembali Ditemukan

Kondisi lahan yang berbukit, menjadikan pembangunan perumahan tersebut dibuat berumpak.

Kemudian diperkuat oleh tembok penahan tebing (TPT) yang tebal untuk mencegah longsor serupa terjadi.

Warga Cimeong harus direlokasi ke lokasi baru setelah terjadi pergerakan tanah pada 31 Desember 2016 silam.

Kampung Cimeong sudah tidak lagi dihuni dan dibiarkan seperti kampung mati. Warga hanya datang siang hari untuk bersih-bersih saja.

2. Kampung-Dusun Cigerut, Desa Cipakem, Kecamatan Maleber

Pergerakan tanah juga terjadi di Kampung/Dusun Cigerut, Desa Cipakem, Kecamatan Maleber yang terjadi pada bulan Februari tahun 2018.

Dalam kejadian ini, ratusan warga diungsikan ke lokasi yang aman. Dan untuk menampung ratusan warga, akhirnya pemerintah membangun hunian sementara.

BACA JUGA:Alhamdulillah! Satu bulan Lebih Hilang Dicuri, Motor Milik 2 Pedagang Ini Kembali Ditemukan

Pasca bencana, warga dilarang kembali menghuni atau tinggal di rumah lama.

Sebab, kondisi tanah yang labil dan rawan pergerakan, mengancam keselamatan warga itu sendiri.

Larangan tersebut dipatuhi warga Cigerut, meski tinggal di huntara juga tidak membuat warga nyaman.

Atas bantuan pemerintah pusat, Pemkab Kuningan membangun 163 rumah baru di lahan milik pemdes setempat.

Di tahun 2019, warga Cigerut menempati rumah baru mirip komplek perumahan. Di tempat baru, warga terhindar dari bencana.

Warga juga dilarang tinggal di kampung lamanya karena jaringan listrik sudah diputus serta rawan pergerakan tanah.

3. Kampung-Dusun Cipari, Desa Margacina, Kecamatan Karangkancana

Musibah longsor dan pergerakkan tanah yang terjadi di Dusun Cipari, Desa Margacina, Kecamatan Karangkancana, pada tanggal 20 Februari 2018 lalu.

BACA JUGA:Sri Mulyani Sudah Tanda Tangan, Ternyata Segini Uang Pulsa Bulanan PNS Tahun 2024

Selain menyebabkan terputusnya akses jalan di empat titik sekaligus, pergerakkan tanah juga menyebabkan ratusan rumah warga rusak.

Warga akhirnya diungsikan ke tempat yang dianggap lebih aman dari bencana alam.

Selanjutnya pemerintah mencari lahan untuk hunian tetap warga yang terkena bencana alam pergerakan tanah.

Lahan tersebut berada di Desa Kaduagung, Kecamatan Karangkancana.

Puluhan rumah dibangun di Desa Kaduagung. Usai rampung dibangun, warga korban bencana menempatinya.

Sama seperti Cimeong dan Cigerut, warga Kampung Cipari juga dilarang tinggal di kampung lamanya karena sangat berbahaya. (Agus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: reportase