Kaesang Masuk PSI, Hanya Strategi Politik atau Tanda-tanda Keretakkan Jokowi - Mega?

Kaesang Masuk PSI, Hanya Strategi Politik atau Tanda-tanda Keretakkan Jokowi - Mega?

Putra Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep masuk PSI.-PSI-radarcirebon.com

BACA JUGA:IODI Kota Cirebon dan BBTC Gelar Dance Competition Burning Ground 2, Pendaftaran Sudah Dibuka

“Kita sebenarnya tidak tahu apakah keputusan itu atas perintah Jokowi atau bukan. Yang pasti, Kaesang adalah manusia dewasa yang memiliki keputusannya sendiri. Dia juga sudah punya keluarga sendiri,” tegasnya.

Beda partai antara Kaesang dan keluraga Presiden Jokowi, menurut Saidiman hanya persoalan strategi politik semata.

Jauh lebih berguna melihat keputusan bergabung ke PSI sebagai strategi politik jangka panjang dari Kaesang. 

Di partai sebesar PDI Perjuangan, lanjutnya, Kaesang hanya akan menjadi kader biasa. Sementara di PSI, dia bisa langsung menjadi bintang.

BACA JUGA:Teja Paku Alam, Penjaga Gawang Persib Bandung yang Sadar Pedidikan, Ternyata Baru Jadi Mahasiswa Baru

Mungkin juga ini semacam eksperimen politik bagi Kaesang untuk terlibat membesarkan partai yang baru tumbuh.

“Saya menduga Kaesang melihat PSI potensial untuk membesar di masa depan. Partai ini, sejauh ini, berusaha membangun positioning ideologis yang cukup jelas,” tandasnya.

Mereka juga, tambah Saidiman, datang dengan gagasan-gagasan kebijakan baru. Antara lain ide mengenai layanan kesehatan semesta melalui BPJS gratis.

Mereka cukup concern dengan isu-isu kebebasan sipil dengan memberi pembelaan pada banyak sekali kasus diskriminasi. 

BACA JUGA:M-Banking BCA Sempat Down, Eror Tidak Bisa Dilakukan untuk Layanan Ini

“Wakil-wakil mereka di parlemen daerah cukup konsisten mendorong akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan daerah. Mereka cukup aktif memberi respons atas semua isu yang berkembang di masyarakat,” jelasnya.

Menurutnya lagi, semua ini bisa dilihat sebagai langkah awal partai politik baru yang serius. Mereka memiliki potensi mengisi ruang kosong yang ditinggalkan partai-partai politik mapan yang terlalu sibuk menjalani ritual berburu kuasa yang tak habis-habis.

Dia pun kembali menilai, semua itu terasa sangat relevan untuk politik masa depan yang akan diisi kelompok pemilih yang juga semakin kritis.

“Ke depan, rekam jejak dan tawaran kebijakan rasional akan menjadi pertimbangan utama pemilih mengambil keputusan di bilik suara. Saya percaya itu,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: