Profesor Ini Bilang, Hamas Belajar dari Perang Gerilya Indonesia, Meniru Taktik Jenderal Sudirman

Profesor Ini Bilang, Hamas Belajar dari Perang Gerilya Indonesia, Meniru Taktik Jenderal Sudirman

Pasukan Hamas belajar dari taktik perang gerilya yang dilakukan Jenderal Sudirman di Indonesia dan perang Vietnam. Potret kehancuran Rumah Sakit The Baptist di Gaza yang dibom pesawat tempur Israel.-Foto: Mohammed H Masri via Eye On Palestine-radarcirebon.com

BACA JUGA:UPDATE: Pasca KA Argo Semeru Anjlok, Jalur Sentolo – Wates Sudah Steril, KA Ranggajati Lewat Jalur Utara

Terkait serangan mendadak yang dilakukan Hamas pada 7, Oktober 2023, Teuku Rezasyah menilai, Hamas mengikuti contoh tahun 1968, di mana Amerika Serikat yang sangat kuat diserang mendadak dengan skala penuh.

Memang banyak korban dari pihak Vietnam ketika melakukan serangan besar-besaran tersebut, tetapi dunia melihat realitas yang terjadi.

“Tidak mustahil Hamas itu belajar dari pengalaman perang Vietnam. Kemudian lewat teknologi yang diperoleh,” tuturnya.

Faktor lain yang memungkinkan Hamas menang adalah keajaiban. Hal tersebut tentu menjadi rahasia dan kehendak Tuhan. “Itulah kekuatanya doa. Umat Islam berdoa untuk kemuliaan mereka,” ungkapnya.

BACA JUGA:Momen Ganjar Pranowo dan Mahfud MD di Cirebon, Saling Lempar Kode dan Tanda, Heru Saksinya

Dalam serangan Hamas, sulit membuktikan keterlibatan Iran. Walaupun intelijen barat menyatakan bahwa Hamas dilatih oleh Iran.

Bagaimana dengan keterlibatan negara lain di belakang Hamas? Teuku Rezasyah menyatakan, hal tersebut masih sulit dibuktikan.

Misalnya, tidak terlihat ada bukti mengenai senjata dan teknologi Iran yang dipakai di serangan Hamas. Yang ada, konflik Hamas dan Israel memang membuat pusing negara-negara sekitarnya. 

Sebab, mereka ingin membantu tetapi hanya bisa diam-diam. Misalnya Mesir, memilih membuat blokade beton untuk menghalau warga Palestina yang ingin mengungsi karena perang.

BACA JUGA:Partai Gelora Tebar Spanduk Gibran Pemimpin Muda Indonesia

Di sisi lain, Israel telah memerintahkan warga Palestina untuk meninggalkan daerah perang. Sementara pengungsi paling memungkinkan lari ke negara seperti Mesir, Yordania, Suriah dan wilayah sekitarnya.

“Saya melihat satu keadaan di mana negara yang menerima pelarian dari Palestina, akan banyak menerima masalah. Kemudian tekanan dari masyarakat kepada pemerintah mereka. Untuk berbuat lebih daripada bantuan kebutuhan minimal,” bebernya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: