Polisi Periksa Panitia Mahapeka
KUNINGAN - Instruksi dari Kapolda Jawa Barat, Irjen Pol Mochammad Iriawan agar kematian mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon diusut tuntas, langsung disikapi serius Polres Kuningan. Kemarin (6/2), polisi dari Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) memanggil tiga orang panitia dan sembilan peserta Diklatsar Mahasiswa Pecinta Kelestarian Alam (Mahapeka) IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Berdasarkan informasi yang dihimpun Radar, pemeriksaan 12 mahasiswa dilakukan secara maraton sejak Rabu malam hingga Kamis sore, atau beberapa jam pasca instruksi Kapolda dan laporan ibu korban, Hindun ke polisi. Satu persatu panitia dan peserta Diklatsar Mahapeka menjalani pemeriksaan di ruangan Unit Kejahatan dan Kekerasan (Jatanras). Kapolres Kuningan, AKBP Harry Kurniawan SIK melalui Kasat Reskrim AKP Real Mahendra menerangkan, para mahasiswa tersebut diperiksa sebagai saksi dalam peristiwa tewasnya salah seorang peserta Diklatsar, Abdul Qodir Jaelani yang meninggal 1 Februari lalu, setelah sebelumnya menjalani perawatan medis di RS Juanda, Kuningan dan RS Sumber Waras, Cirebon. Mereka mulai diperiksa sejak Rabu malam dan Kamis siang. Keterangan ini dibutuhkan kepolisian dalam mengungkap kematian mahasiswa semester tiga tersebut. \"Jumlah peserta Diklatsar sebanyak 10 orang, dan kami sudah memeriksa sembilan peserta yang lain dan tiga orang panitianya. Pada Rabu malam kami memeriksa lima peserta dan dua panitia, sisanya hari ini (kemarin, red). Sebelumnya, kami juga telah meminta keterangan dari keluarga korban sebanyak empat orang. Dari pemeriksaan ini, kami mendapat berbagai informasi yang sangat penting,\" papar Real kepada para wartawan di Mapolres Kuningan, kemarin (6/2). Menurut Real, tidak menutup kemungkinan, polisi melakukan pemeriksaan terhadap pihak lain yang mungkin ada kaitannya dengan insiden tersebut. Meski demikian, pihaknya belum dapat menyimpulkan penyebab kematian Abdul Qodir Jaelani tersebut, apakah akibat kekerasan selama menjalani pelatihan atau karena faktor lain. Oleh karena itu, untuk memastikannya akan dilakukan otopsi terhadap jenazah Abdul Qodir Jaelani yang telah dikuburkan oleh pihak keluarga di TPU dekat tempat tinggalnya. \"Dari hasil pemeriksaan dokter forensik nanti baru bisa diperoleh kesimpulan penyebab kematian Jaelani tersebut, apakah terdapat unsur kekerasan atau tidak. Mengenai waktu pelaksanaan otopsi, nanti akan kami kabari lagi. Untuk saat ini, kami fokus memeriksa para saksi dan panitia kegiatan tersebut,\" papar perwira muda tersebut. Sementara itu, Komandan Latihan (Danlat) Diklatsar Mahapeka, Guruh Rahmatullah yang diperiksa petugas terakhir pada Kamis sore, tak mau memberikan keterangan kepada wartawan yang sudah menungguinya sejak pagi. Saat dikonfirmasi terkait kematian salah satu juniornya tersebut, Guruh yang datang ke Mapolres Kuningan mengenakan sarung dan jaket merah itu meminta kepada awak media untuk menanyakan langsung kepada penyidik yang memeriksanya. \"Silakan tanyakan langsung ke petugas,\" ujar Guruh sambil berlalu. Seperti diberitakan sebelumnya, Abdul Qodir Jaelani, (19), mahasiswa semester III Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon diduga tewas akibat kekerasan seniornya saat Diklatsar UKM Mahapeka selama 13 hari di daerah Palutungan kaki Gunung Ciremai. Korban sempat masuk dua rumah sakit berbeda sebelum akhirnya dinyatakan meninggal dunia, masing-masing ICU RS Djuanda Kabupaten Kuningan pada tanggal 25 Januari, serta RS Sumber Waras Kabupaten Cirebon empat hari kemudian. Mahasiswa yang tercatat tinggal di RT 03/01, Desa Lungbenda, Kecamatan Palimanan, Kabupaten Cirebon tersebut akhirnya menghembuskan nafas terakhir pada tanggal 1 Februari lalu saat menjalani perawatan di RS Sumberwaras. Pihak keluarga menemukan sejumlah kejanggalan atas kematian Jaelani tersebut sehingga pada Rabu (5/2) lalu mereka melaporkannya kepada pihak kepolisian untuk dilakukan pengusutan. PESERTA DIDUGA DITENDANG SENIOR Kegiatan Diklatsar Mahapeka di Palutungan, Kabupaten Kuningan sendiri baru satu hari berlangsung ketika satu peserta dilarikan ke RSU Juanda. Beredar kabar di masyarakat bahwa sempat terjadi kekerasan berupa ditendangnya peserta oleh senior mereka saat latihan. Warga menuturkan, dalam kegiatan itu, peserta disuruh masuk saluran air yang kotor dan bau serta menyuruh mereka sikat gigi dengan lumpur. “Kami melihat peserta disuruh masuk saluran air atau got yang airnya kotor dan bau,” tutur Ucu, warga setempat. Dia menambahkan, salah seorang warga yang ikut membawa almarhum melihat sendiri peserta pelatihan disuruh push up dan masuk selokan air yang baru dan kotor. Para peserta disuruh menggosok gigi dengan lumpur. “Malam harinya warga itu ikut membawa salah satu orang peserta ke rumah sakit Juanda. Keesokan harinya, ada satu orang lagi yakni almarhum Abdul Qodir Jaelani yang sempat muntah darah dan dibawa ke rumah sakit yang sama,” ungkapnya. Kepala Pos Buper Palutungan, Toto mengatakan, peserta Diklatsar menginap di salah satu rumah warga yang juga alumnus Mahapeka. “Mereka menginap di rumah warga bukan mendirikan kemah di Buper Palutungan. Catatan di pos bumi perkemahan Palutungan, tidak ada yang melakukan kemping dari Mahapeka Syekh Nurjati Cirebon,” ujar Toto. Peserta Diklatsar Mahapeka melakukan long march dari Cirebon, Majalengka hingga Kuningan sampai 10 hari lebih. Penjaga pos pendakian Gunung Ciremai di Palutungan mengutarakan, biasanya setiap tahun, Mahapeka menginap di buper Palutungan, namun kali ini mereka hanya menginap di salah satu rumah warga. Nana mengaku sempat mendengar kabar di masyarakat bahwa kegiatan Mahapeka di Kuningan seperti militer. Meski dirinya tidak melihat langsung, namun pria yang juga ketua PPGC mendengar dari para tetangga yang melihat, kalau peserta kegiatan ada yang ditendang- tendang di bagian perut. “Warga kebanyakan diam karena merasa bukan urusan mereka,” tutur Nana. Ketua RT di Blok Palutungan, Desa Cisantana, Kecamatan Cigugur, Yana membenarkan bahwa ada puluhan mahasiswa yang menginap di salah satu rumah warganya, namun hanya satu malam saja. Mereka tidak melanjutkan menginap ketika ada satu peserta yang jatuh sakit. Saat ditanya apakah ada terjadi tindak kekerasan, Yana mengatakan tidak sempat melihat kegiatan mereka. INVESTIGASI HARUS TRANSPARAN TANPA REKAYASA Sementara, Himpunan Mahasiswa Sosial (Himasos) IAIN Syekh Nurjati Cirebon melayangkan surat pada Rektor IAIN Syekh Nurjati, kemarin (6/2). Surat dengan nomor 101/B/Surat Tuntutan/HIMASOS/II/2014 itu berisi tentang sejumlah tuntutan pada pihak rektorat terkait kasus meninggalnya salah satu mahasiswa IAIN Syekh Nurjati, Abdul Qodir Jaelani. Dalam surat itu, sedikitnya ada empat tuntutan Himasos pada rektorat. Pertama, rektor IAIN harus bertanggung jawab penuh atas meninggalnya Abdul Qodir. Kedua, rektor harus mengusut tuntas kasus kematian Abdul Qodir. Ketiga, rektor tidak melakukan rekayasa dan transparan dalam menginvestigasi kasus kematian Abdul Qodir kepada publik. Keempat, pemberian sanksi tegas tanpa kompromi dari hasil akhir investigasi kasus kematian Abdul Qodir. Ketua Umum Himasos IAIN Syekh Nurjati, Asep Rizky Padhilah mengatakan, rektor sebagai pimpinan tertinggi di kampus haruslah bertanggung jawab atas meninggalnya Abdul Qodir Jaelani. Terlebih, Abdul Qodir meninggal dalam acara yang diselenggarakan salah satu UKM IAIN Syekh Nurjati. \"Korban meninggal saat pelaksanaan kegiatan kampus. Rektor selaku pimpinan tertinggi harus bertanggung jawab penuh atas kejadian ini,\" tukasnya. Investigasi yang dilakukan kali ini, lanjut dia, juga sarat akan rekayasa. Sehingga dalam surat tersebut, dirinya meminta agar rektor tidak melakukan rekayasa ataupun menutup-nutupi kejadian yang sebenarnya pada publik. \"Yang dikhawatirkan, permasalahan ini ditutup-tutupi untuk menutup-nutupi sesuatu atau menyelamatkan salah satu pihak. Maka dari itu, kami meminta agar rektor transparan,\" lanjutnya. Dirinya pun berharap ada sanksi yang diberikan oleh rektor bila memang terbukti ada pihak-pihak yang menyebabkan meninggalnya Abdul Qodir Jaelani. Surat yang dilayangkan Himasos, lanjut dia, sudah berada di kepala bagian umum IAIN Syekh Nurjati. Dirinya berharap, rektor IAIN bisa memenuhi tuntutan yang dilayangkannya. \"Kami harap pihak ini dituntut sampai tuntas,\" tukasnya. Sementara itu, juru bicara tim investigasi IAIN Syekh Nurjati, Dr Sugianto SH MH menjelaskan, pada prinsipnya, investigasi yang dilakukan timnya sudah rampung. Namun, ditanya hasilnya, Sugianto enggan membeberkan. Dia mengakui pihak IAIN akan menggelar konferensi pers hari Jumat (7/2) siang. \"Pada dasarnya investigasi sudah selesai. Besok (hari ini, red) akan kami lakukan konferensi pers untuk membeberkan hasilnya,\" ujarnya. (ags/kmg)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: