Wanadri: Pecinta Alam Tidak Harus dengan Kekerasan
CIREBON-Tewasnya Abdul Qodir Jaelani (20) mahasiswa semester empat jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon, usai mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar Mahasiswa Pencinta Kelestarian Alam (Mahapeka) tentu mengundang pertanyaan sebagian kalangan masyarakat. Diantaranya, apakah identik pecinta alam dengan kekerasan? Menanggapi insiden tersebut kepada radarcirebon.com, aktivis Wanadri Perwakilan Jakarta (WPJ) Mustofa yang tengah berkunjung ke Cirebon mengungkapkan bahwa sebenarnya tidak harus kekerasan fisik. \"Wanadri sendiri, namanya pendidikan pecinta alam. Kita kembali pendidikan, namanya mendidik, mengajarkan dan melatih, bukan kekerasan. Makanya, Wanadri, namanya pendidikan. Alam yang mengajarkan dan pelatih hanya membimbing,\" ujar Mustofa kepada Radarcirebon.com, Jumat, (7/2). Artinya, kata Mustofa, dalam praktik, pembimbing hanya mengarahkan bagaimana semua peserta bertahan dari hujan dengan baik. \"Jika mereka melakukan kesalahan kita mengajarkan bagaimana yang benar. Bukan langsung main pukul, paradigma itu sudah tidak musim,\" jelasnya. Lebih lanjut, ia menjelaskan, bagi anggota Wanadri ditekankan untuk dalam pendidikan harus mampu menguasai materi terlebih dahulu. Sebab, ketika hilang atau tersesat, semua pecinta alam pada dasarnya, harus mampu ilmu navigasi, baca peta, dan baca kompas. Tetapi ketika diaplikasi, antara peta dan kompas, mereka bingung. \"Banyak kejadian pendaki gunung yang hilang. Makanya, Wanadri berupaya memberikan penjelasan kepada masyarakat umum, khususnya para pecinta alam. Pendidikan pecinta alam tidak harus dengan keras,\" imbuhnya. Jadi, pengawasan siswa wajib dilakukan. \"Umumnya pecinta alam lebih dominan pelampiasan dendam. Hal ini sebenarnya bukan zamannya lagi.,\" ungkapnya. Terkait, perkembangan pecinta alam di kampus-kampus. Mustofa mengatakan untuk aktivitas alam bebas terbagi dua. Satu sisi ada yang disebut pendaki gunung dan pecinta alam. \"Secara regulasi belum ada kesepakatan. Banyak kesalahan di Mapala-Mapala yang belum mempelajari sepenuhnya buku panduan yang dikeluarkan Wanadri,\" kata Mustofa di dalam kantor radarcirebon.com. Diagendakan, tanggal 9 Maret nanti, Wanadri akan mengadakan road show di Cirebon. \"Memberikan pemahaman dan pendidikan dasar dengan mendatangkan instruktur-instruktur berpengalaman. Setidaknya, merubah pola pikir pecinta alam selama ini keras menjadi pecinta alam yang memahami dan menguasai ilmu,\" pungkasnya. (wb)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: