Askinah Minta Perhatian Parpol

Askinah Minta Perhatian Parpol

LIGUNG – Peristiwa tewasnya anggota Satgas PDIP Kecamatan Ligung Edi Wasngad (50), pria asal warga Blok Sukawaru, Rt 03 Rw 04, Desa Sukawera, Kecamatan Ligung, Kabupaten Majalengka meninggalkan duka yang mendalam bagi istri korban, Askinah. Pasalnya, Askinah masih belum percaya pasca suaminya tewas kesetrum ketika bermaksud membetulkan bendera parpol PDIP yang terlilit ke pohon mangga di depan rumahnya. Ia berharap mendapatkan perhatian dari pihak pengurus DPC PDIP Majalengka maupun pusat. “Memang sudah takdirnya bapak (Edi, red) meninggal dengan cara ini. Tapi setidaknya ada perhatian serius dari pihak PDIP Majalengka karena almarhum adalah orang satgas dan selalu cinta kepada tugas yang dijalankannya selama ini,” harapnya, kemarin. Menurutnya, Edi telah menjadi anggota Satgas PDIP lebih dari sembilan tahun. Setiap ada kegiatan baik seremonial maupun kunjungan dari beberapa petinggi DPP Provinsi Jawa Barat Edi selalu hadir dalam setiap kesempatan untuk menjalankan tugasnya. Terlebih lagi, kecintaan suaminya terhadap partai berlambang kepala banteng moncong putih tersebut sampai-sampai memasangkan spanduk anggota DPR RI fraksi PDIP Maruarar Sirait SIP yang juga caleg DPR RI dari dapil SMS itu. Selain itu, bentuk kepeduliannya terhadap nama partai juga ditunjukkan dengan memasangkan bendera parpol di depan rumahnya tersebut. “Saya minta kepada partai agar bisa membantu kelangsungan acara tahlilan bapak sampai dengan ke-100 harinya. Karena bisa dilihat kondisi ekonomi saya seperti ini,” tuturnya seraya mengusap air mata di pipinya itu. Ia menambahkan, almarhum Edi memang sudah bekerja sejak satu bulan yang lalu menjadi petugas keamanan di salah satu pabrik di Blok Bagung, Desa Ligung Lor, Kecamatan Ligung yang tengah dalam proses pembangunan. Sebelum musibah tersebut terjadi, Askinah sejatinya sudah mengingatkan kepada Edi untuk menunda aktivitas memperbaiki bendera parpol tersebut. Ia histeris melihat musibah yang dialami oleh suaminya itu. Tidak ada tanda-tanda aneh sebelum suaminya pergi meninggalkan dia untuk selama-lamanya. Pemasangan bendera parpol itu memang dilakukan suaminya tersebut sejak dua hari sebelumnya, Kamis (6/2). Sebelum musibah itu, korban memang bermaksud untuk membetulkan dan akan mengganti bendera PDIP yang berukuran besar. “Padahal saya sudah meminta kepada bapak agar jangan dulu karena pohonnya licin akibat diguyur hujan. Tapi malah memaksa tetap naik. Saat kejadian saya sedang memasak nasi di dapur dan tiba-tiba kaget terdengar suara keras sementara melihat ke depan kondisi bapak (Edi, red) sudah digotong-gotong orang,” katanya sembari menangis. Sementara itu, peristiwa tersebut terjadi sekitar pukul 10.00 WIB Sabtu (8/2). Saat itu Edi bermaksud membetulkan bendera parpol kebanggaannya yang ketika itu terlilit ke pohon mangga miliknya. Namun, itikadnya malah membawa malapetaka. Korban yang tengah membetulkan dan bermaksud akan mengganti bendera berukuran besar malah tewas kesetrum akibat bambu bendera tanpa disengaja menyentuh kabel aliran listrik tegangan tinggi. Korban seketika jatuh tersungkur dari atas pohon sehingga membuat warga setempat mendadak heboh. Tetangga korban, Sopiah (40) mengatakan, Edi saat terjatuh kondisinya masih bernapas. Ia bersama suaminya yakni Ramidi dengan sigap langsung menolong korban membawa ke dalam rumah. Namun nahas, tidak begitu lama korban tidak sadarkan diri dan akhirnya dinyatakan meninggal dunia. Sebagian wajah Edi terlihat gosong seperti layaknya orang terbakar. “Mungkin saat membetulkan bendera, bambunya goyang akibat angin kencang. Sehingga Edi yang tidak bisa menahannya, bambu itu malah nyangkut ke kabel aliran listrik. Saya bersama suami kaget terdengar suara gubrak, pas liat Edi sudah terjatuh. Saat itu kondisi angin memang cukup kencang,” terangnya. Sopiah mengatakan, ia bersama suaminya memang mendengar suara keras tiga kali. Suara itu mirip seperti bambu yang sedang dibakar. Mungkin yang didengar sejumlah tentangganya itu diyakini adalah suara bambu yang dipegang oleh Edi menyentuh kabel listrik. Terlebih kondisi bambu tersebut basah akibat malamnya diguyur hujan. “Suara bletok itu terdengar tiga kali. Mungkin suara bambu berukuran sekitar 3 meter yang tersangkut aliran listrik itu. Kami tetangga mengaku prihatin adanya musibah ini,” tuturnya.(ono)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: