Termasuk Batu Akik Merah dan Safir, Harta Karun Cirebon Berusia 1.000 Tahun Peninggalan Tiongkok hingga Persia
Harta karun Cirebon berusia 1.000 tahun termasuk batu akik merah dan batu safir. Foto hanya ilustrasi:-pixabay-
Sementara itu, Asosiasi Perusahaan Pengangkatan dan Pemanfaatan Benda Muatan Kapal Tenggelam Indonesia (APPP BMKTI) memperkirakan bahwa, sedikitnya ada 464 lokasi kapal tenggelam di wilayah perairan Indonesia.
Lokasi kapal tenggelam itu pun menjadi rujukan perburuan harta karun di perairan Indonesia yang nilainya diperkirakan mencapai Rp127,6 triliun.
UNESCO menunjukan data yang lebih besar. Yaitu, sekitar 20 ribu kapal dari berbagai negara pernah memasuki Selat Malaka.
Seperti diketahui, Selat Malaka merupakan bagian dari Jalur Sutera. Yaitu, jalur perdagangan internasional pada masa lalu.
Anehnya, menunurut UNESCO, keseluruhan kapal tersebut tidak pernah kembali ke negera asalnya. Dengan demikian, diperkirakan bahwa kapal-kapal tersebut karam di wilayah Indonesia.
Bisa dibayangkan, bahwa kapal-kapal dagang tersebut mengangkut komoditi penting yang bernilai tinggi.
Berdasarkan data APPP BMKTI, 134 titik lokasi kapal tenggelam tersebut ada di dekat Pulau Jawa. Antara lain di dekat Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Sementara itu di dekat Selat Malaka, lokasi kapal tenggelam yang sudah terdeteksi mencapai 37 titik.
Arkeolog terkemuka Indonesia, Dr Ali Akbar mengatakan, kapal-kapal yang tenggelam di perairan Indonesia memiliki nilai sejarah yang snagat tinggi.
"Kapal ini mengungkap jalur perdagangan maritim kuno Indonesia. Kapal ini banyak keramik, rempah dan menegaskan kembali peran Nusantara dalam perekonomian dunia kuno," tutur Ali Akbar dilansir dari akun Instagram @aliakbarberkabar.
"Penemuan tersebut menjadi bukti kejayaan Indonesia di masa lalu. Pelaut dan pedagang Nusantara telah berdagang jauh melintasi samudra-samudra yang ada di dunia," imbuhnya.
"Penemuan ini mengukuhkan posisi strategis Indonesia dalam peta jalur perdagangan dunia kuno dan menambah apresiasi terhadap warisan budaya bangsa. Ini bisa jadi pemantik untuk kita merenung dan penting untuk memikirkan bagaimana sih kita supaya bisa kembali jaya," pungkas Ali Akbar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: