Menurut Catatan Sejarah Ini, Cirebon dan Kuningan Ternyata Pernah Berperang!
Ilustrasi Perang Cirebon vs Kuningan-Ist-radarcirebon.com
Panembahan Ratu yang kala itu jauh lebih muda dari Pangeran Kuningan merasa bahwa hal itu sebagai bentuk penolakan dan perlawanan terhadap dirinya.
Sebagai penguasa Cirebon, Panembahan Ratu tetap berharap bahwa Kuningan masih bisa dibawah kendali kekuasaannya.
Namun sayang, usaha yang dilakukan Panembahan Ratu untuk bisa memastikan Kuningan sebagai salah satu kekuatan Cirebon, hanya berbuah penolakan.
BACA JUGA:Yusril Ihza Mahendra Bakal Dipanggil Ditkrimsus Polda Metro Jaya, Ada Apa Ya?
Pangeran Kuningan yang merupakan Adipati Kuningan itu menolak tunduk dan patuh kepada Cirebon di bawah pimpinan Panembahan Ratu.
Diriwayatkan bahwa Panembahan Ratu sebagai penguasa Cirebon yang baru, tidak memiliki hubungan yang baik dengan Pangeran Kuningan.
Bahkan keduanya terlibat dalam perselisihan politis, yang menyebabkan terjadinya perang antara Kuningan dan Cirebon.
Perang saudara yang melibatkan anak dan cicit Sunan Gunung Djati tersebut terekam dalam catatan Naskah Pulosaren.
"Telah lama keraton dalam keadaan berkah selamat, namun ada saja sesuatu yang membuat kecewa. Tatkala itu, Pangeran Arya Kuningan telah mogok tidak mau tunduk kepada Cirebon dengan alasan dahulu itu Kuningan tunduk patuh pada jaman Sunan Jati, sebab Sunan Jati adalah guru. maka Pangeran Arya Kuningan selalu berada di Keraton Cirebon baik siang ataupun malam,"
"Sembah bakti dan pengabdiannya hanya ditujukan kepada sang guru. Adapun Panembahan Ratu sekarang hanyalah cicit dari sang guru. Oleh karena itu dalam seba menghadap ke Cirebon terserah hanya kala ingat saja. sebab menurut Pangeran Arya Kuningan, jika sudah turun ke anak maka kewajiban berbakti itu sudah bukan wajib lagi,"
BACA JUGA:9 Makanan yang Populer dan Legendaris Kuliner Khas Kuningan, Cocok Untuk Dibawa Pulang!
"Serta untuk jaman sekarang sangatlah berbeda keadaannya tatkala masih hidupnya Kanjeng Sunan Jati. Dahulu Cirebon benar-benar merupakan negara yang merdeka, adapun sekarang di jaman Panembahan Ratu, Cirebon harus seba menghadap ke Mataram. Hal itu sebagai pertanda bahwa Panembahan bukanlah seorang ratu, menurut Arya Kuningan kedudukan Panembahan Ratu itu pantas sebagai seorang bupati, sedangkan gelar raja hanya sebatas nama saja,"
Mendengar ihwal penolakan tersebut, Panembahan Ratu merasa kecewa dan kesal.
Puncaknya, terjadilah pertarungan hingga menyebabkan kedua wilayah tersebut terlibat perang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: