GP-One Prakarsai Pemilihan Kuwu Gratis

GP-One Prakarsai Pemilihan Kuwu Gratis

SLIYEG - GP-One Organization sebagai organisasi generasi pembaharuan Desa Tugu Kecamatan Sliyeg, saat ini tengah menggagas konsep pemilihan kuwu gratis. Sejak didirikan April 2013 lalu, GP-One terus menggelar pertemuan bersama masyarakat, para tokoh, hingga melakukan diskusi dengan Badan Perwakilan Desa (BPD) dan lembaga-lembaga desa. “Konsep ini telah kami paparkan hingga ke akar rumput, dan responsnya sangat positif dan disambut baik,” ungkap ketua presidium GP-One, Kamid Mamar, Kamis (20/2). Ia menilai selama ini pemilihan kepala desa menghabiskan biaya yang tidak sedikit, dan biaya besar itu harus ditanggung calon kepala desa. Kondisi itu membatasi warga yang berpotensi menjadi pemimpin desa, namun terhalang biaya. “Dalam waktu dekat kami akan menggelar silaturahmi antarorganisasi desa, dengan tema mewujudkan masyarakat yang cerdas untuk pemilihan kuwu yang berkualitas dan bebas biaya,” imbuhnya. Pertemuan itu akan menghadirkan BPD, kuwu, MUI, karang taruna, PIK KRR, LPM, DKM dan Irmas. Tidak hanya itu, organisasi lainnya di Desa Tugu seperti Santri Songo, Pemersatu, Grubug, Fostrakat, Opertu, persatuan pekerja Korea, koperasi, hingga kelompok tani akan dihadirkan. Hasil dari pertemuan tersebut nantinya akan menjadi dasar untuk mendesak dikeluarkannya peraturan desa terkait hal tersebut. Dikatakannya, proses demokrasi di Indonesia terus berkembang. Seperti halnya proses pemilihan presiden, gubernur, serta bupati yang semula dipilih melalui lembaga perwakilan rakyat kini dipilih langsung oleh rakyat. Tidak menutup kemungkinan bila sistem pilihan itu akan kembali ke sistem pemilihan semula. “Terkait pemilihan kuwu, faktanya lebih banyak menyisakan persoalan-persoalan akibat dampak negatif,” tegasnya. Dampak negatif itu antara lain terjadinya pengelompokan di tengah-tengah masyarakat. Kelompok-kelompok itu terbentuk dari massa pendukung calon-calon kuwu. Akibat perpecahan itu, maka komunikasi antarkelompok yang kalah dan menang tidak terjalin dengan baik. Dampak lainnya yakni terjadinya kerusakan ekonomi para kontestan peserta pemilihan kuwu. Tidak hanya bagi yang memenangkan suara pada pemilihan tersebut, namun juga bagi peserta yang kalah. Melalui rencana tersebut, maka pemilihan kuwu yang tidak membebankan biaya kepada para calonnya lebih menghemat anggaran sehingga dapat menciptakan persaingan yang sehat dan sportif. Dari proses yang sehat itu, maka mampu menghasilkan kuwu terpilih yang amanah dan dapat menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran bagi rakyatnya. “Setidaknya, program yang dijalankan oleh kuwu terpilih untuk pertama kalinya tidak terbebani oleh dampak perekonomian pribadinya akibat dari biaya pelaksanaan pemilihan kuwu itu sendiri,” pungkasnya. (cip)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: