WADUH! Kasus Vina Bikin Informasi Hoax di Cirebon Meningkat Hingga 1.000 Persen
Ketua RTIK Kabupaten Cirebon, Akhmad Rofahan mengungkapkan, hoax di wilayah Cirebon meningkat 1.000 persen pasca viralnya kasus Vina.-Dokumen Pribadi-radarcirebon.com
RADARCIREBON.COM - Kasus Vina Cirebon yang diangkat menjadi film mendorong publik untuk kembali menyimak informasi atas kejadian tindak pidana pada Agustus 2016 tersebut.
Sayangnya, perkembangan informasi terkait dengan kasus Vina Cirebon justru memicu meningkatnya hoax hingga 1.000 persen.
Peningkatan tersebut tidak lepas dari banjirnya konten di media sosial. Sejumlah nama pun menjadi korban karena disangkutpautkan.
Ketua Relawan Teknologi Informasi dan Komunikasi (RTIK) Kabupaten Cirebon, Akhmad Rofahan mengatakan, peningkatan informasi hoax ini tentu sangat berbahaya.
BACA JUGA:Tingkatkan Kunjungan Wisata ke Ciayumajakuning, Cycling de Jabar 2024 Siap Digelar
Oleh karena itu, diharapkan media mainstream mampu mengimbangi dengan memberikan berita yang valid dan terpercaya dari sumbernya langsung.
"Kita berharap teman-teman di media mainstream mampu menjadi sumber fakta yang akurat, karena hoax di Cirebon ini setelah kasus Vina ramai lagi malah meningkat pesat," kata Akhmad Rofahan.
Rofahan yang juga pengurus Kabupaten Cirebon Saber Hoaks mengatakan, biasanya laporan atau identifikasi kasus hoaks di Cirebon setiap bulannya, hanya sekitar 1-3 kasus saja.
"Hoaks yang sumber informasinya dari Cirebon, biasanya hanya berkisar 1-3 kasus dalam tiap bulannya," kata Rofahan, kepada radarcirebon.com yang keterangannya diperbaharui, Selasa, 21, Mei 2024.
BACA JUGA:Presiden Iran Wafat dalam Kecelakaan Helikopter, Jokowi Ucapkan Belasungkawa
Informasi hoaks yang paling banyak, bersumber dari kasus pembunuhan Vina yang terjadi pada tahun 2016 silam. Hal ini kata Rofahan, dikarenakan banyaknya masyarakat yang mengutarakan asumsinya melalui media sosial.
Fatalnya, asumsi yang dipublikasikan itu, banyak yang dimakan mentah-mentah oleh Netizen, dan kemudian dibagikan ulang, seakan-akan informasi tersebut adalah fakta.
Tidak sedikit juga, netizen yang menggunakan cocokologi, untuk ikut berupaya mengungkap kasus ini. Hal tersebut, membuat banyak warga lainnya yang menjadi korban.
"Contohnya, banyak akun dengan nama Egi, dipublikasikan oleh netizen dan dianggap sebagai pelaku yang DPO," ujar Rofahan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: