Menggali Narasi Utama Edu Heritage Cirebon – Jakarta, Peluang dan Daya Tarik Baru untuk Kedu Daerah

Menggali Narasi Utama Edu Heritage Cirebon – Jakarta, Peluang dan Daya Tarik Baru untuk Kedu Daerah

Edu Heritage Cirebon Jakarta diharapkan dapat menghadirkan peluang baru bagi kedua daerah.-Yuda Sanjaya-Radarcirebon.com

Oleh: Yuda Sanjaya

KEDUA daerah ini, memiliki selisih usia 100 tahun. Dipersatukan dengan sejarah yang sama. Era keemasan Sunan Gunung Jati di Cirebon dan Fatahilah yang mengubah Sunda Kelapa jadi Jayakarta.

Cirebon dan Jakarta terhubung lewat sejarah penaklukan Sunda Kelapa pada 22, Juni 1527 yang kini diperingati sebagai Hari Jadi Daerah Khusus Jakarta (DKJ).

Raden Fatahilah atas titah mertuanya, Sunan Gunung Jati memimpin pasukan menyerbu Sunda Kelapa yang diduduki Portugis.

Dibantu Pangeran Kuningan, Fatahilah kemudian berhasil mengepung Sunda Kelapa. Pasukan koalisi Kesultanan Cirebon - Demak itu datang dari timur - selatan.

Sunda Kelapa terkepung. Pasukan yang lari, dicegat di selatan oleh Pangeran Kuningan yang menurut Carita Purwaka Caruban Nagari adalah anak Sunan Gunung Jati dari perkawinannya dengan Putri Ong Tien Nio.

"...sawarsa tumuli Ki Sarip atĕmu tangan lawan putri Ong Tin ing warsa ning Walandi sahasra patangatus wolung dasa pinunjul siji.”

"....karananira sang ayu Raden Kemuning," Itulah kutipan dari halaman 64 Naskah Purwaka Caruban Nagari.

Naskah itu, menceritakan bahwa Pangeran Kuningan adalah anak dari perkawinan Sunan Gunung Jati dan Putri Ong Tien yang sempat menetap di Luragung.

BACA JUGA:Kartini Ibu Pegi Setiawan Menyimpan Dendam Setelah Anaknya Dituduh Pembunuh? Simak Jawabannya

Singkat cerita, sang pangeran tumbuh dewasa dan menjadi salah satu sosok yang disegani di Kesultanan Cirebon. Sehingga seringkali diberikan misi khusus oleh ayahnya.

Pengepungan Sunda Kelapa itu, menjadi misi sukses yang mengharumkan nama Fatahilah dan Pangeran Kuningan meski dalam sejarah resmi nama Pangeran Kuningan jarang disebut.

Daerah yang diserbu itu, kemudian berubah nama menjadi Jayakarta. Perubahan nama itu pula yang dijadikan peristiwa untuk penetapan Hari Lahir Jakarta pada 22 Juni 1572.

Penetapan ini, merupakan gagasan dari Walikota Jakarta periode 1953 - 1958, Sudiro. Sebelum menetapkan tanggal itu, Sudiro meminta 3 orang ahli yakni Mohammad Yamin, Dr Sukanto dan Sudarjo Tjokrosiswoyo melakukan penelitian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: