Sering Mundur dari Jabatan, Warga Indramayu Anggap Lucky Hakim Tidak Punya Mental Pemimpin

Sering Mundur dari Jabatan, Warga Indramayu Anggap Lucky Hakim Tidak Punya Mental Pemimpin

Neni Nur Hayati Direktur DEEP-istimewa-radarcirebon.com

INDRAMAYU, RADARCIREBON.COM -Politikus yang juga dikenal sebagai selebritis, Lucky Hakim, mencalonkan diri sebagai Bupati Indramayu pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 2024 November mendatang.

Meski pernah diterpa berbagai macam masalah dan pernah mundur sebagai Wakil Bupati Indramayu pada 2023, pencalonan Lucky Hakim pada Pilkada 2024 sebagai Bupati Indramayu sah secara hukum.

Namun hal tersebut membuat beberapa warga Indramayu merasa aneh. Pasalnya dengan alasan yang sering kali dilontarkan Lucky Hakim mundur, karena makan gaji buta dan tidak bisa mengemban amanah, justru malah maju mencalonkan diri untuk menjadi orang nomor satu di Indramayu.

Salah satu warga Indramayu, Mukhlis menganggap, hal tersebut menunjukan bahwa Lucky Hakim tidak memiliki mental seorang pemimpin.

BACA JUGA:Kejar Burung, Warga Depok Tercebur Sumur Sedalam 10 Meter

Dikatakan Mukhlis, seorang pemimpin adalah seorang yang berjuang sampai akhir apapun rintangannya.

"Iya lah, masa kan istilahnya menyerah sebelum berperang itu, nggak bener kalau pemimpin kaya gitu" katanya.

Lanjut Mukhlis mengatakan, tidak adanya mental pemimpin seperti itu sebenarnya bukan hanya berlaku untuk satu orang saja, tapi untuk semua orang. Terlebih orang yang memimpin sebuah daerah seperti Indramayu, dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

"Ya semuanya sih, jangan sampai kita warga Indramayu gitu, punya pemimpin yang nggak berjuang sampai akhir, gimana nasib warganya nanti kalau pemimpinnya kaya gitu, ada masalah dikit nyerah," pungkas Mukhlis.

BACA JUGA:Kemeriahan Launching NMAX ‘TURBO’ di Pusat Kota Bandung

Jika benar Lucky Hakim dinilai tidak memiliki mental maka hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan Direktur Eksekutif Perludem, Khoirunnisa Nur Agustyati, beberapa waktu lalu, bahwa melihat fenomena tersebut sebenarnya bisa dilihat pada cara Parpol melahirkan kader yang benar-benar mempunyai kapasitas.

Jika Parpol hanya berpikir praktis, sempit, dan instan, makan tidak heran calon yang diusung adalah kader yang hanya bermodalkan popularitas sebagai artis atau eks artis, ataupun yang hanya mengandalkan 'modal' besar.

"Selama ini saat Pemilu (Pemilihan Umum) ataupun Pilkada, Parpol kita cenderung pragmatis, tidak mempertimbangkan calon-calon yang betul-betul punya ideologi, melainkan partai lebih suka mencalonkan orang-orang yang memiliki popularitas dan modal finansial yang besar," ujarnya beberapa waktu lalu.

Sementara itu, majunya Lucky Hakim untuk turut berkompetisi pada pesta demokrasi 5 tahunan itu dianggap  pengamat sebagai strategi Political Mareketing Instan. Yaitu strategi partai politik dalam mencari suara memanfaatkan popularitas.

BACA JUGA:NMAX Tour Boemi Nusantara, Bandung – Cirebon Menjadi Ajang Uji Performa NMAX 'TURBO' di Jawa Barat

"Ini adalah pola lama yang dilakukan oleh calon kandidat termasuk juga partai politik dengan strategi politikal marketing instan untuk meraih kemenangan dari kandidat yang diusung karena setidaknya artis dan juga mantan pejabat publik bermasalah sudah dikenal oleh masyarakat," ujar Direktur Democracy and Electoral Empowerment Partnership (DEEP) Indonesia Neni Nur Hayati, beberapa waktu lalu. (abd/rls)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: