Butuh Penyelesaian yang Bijaksana
KUNINGAN – Dobel profesi yang menimpa komisioner KPU dan juga caleg, direspons miring Ketua DPRD, Rana Suparman SSos. Menurutnya, seharusnya jika sudah menggeluti satu profesi, tidak perlu terjun pada profesi lain. “Saya kira itu kembali ke orangnya. Mestinya, kalau sudah menjadi honorer K2 sebagai guru, misalnya, konsentrasi di situ. Enggak perlu terjun di dunia politik seperti menjadi caleg ataupun komisioner KPU,” kata dia. Karena menurut Rana, hidup itu pilihan sehingga jangan gambling. Profesionalisme harus dibangun dengan konsisten pada pilihan tersebut. Dalam hidup, imbuhnya, harus memilih karena tidak bisa hidup berspekulasi. “Kaya memancing saja, saya rasa itu enggak baik,” ujarnya. Dia melanjutkan, para honorer K2 harus membangun profesi diri. Lakukanlah pengembangan kapasitas dirinya di K2, sehingga kelak bisa menjadi PNS yang mumpuni dalam menciptakan kader bangsa yang berkualitas. “Jadi tinggal memilih saja apakah mau melanjutkan pemberkasan atau tidak. Jangan sampai menggantung. Kalau kuota CPNS-nya kosong kan nanti kita usahakan komunikasi ke Menpan-RB agar ditambal sulam. Itu merupakan bagian dari keinginan kita semua dalam menuntaskan K2 secara gradual,” tandasnya. Terpisah, salah seorang pemerhati sosial, Rifqi Fauzi, tidak sependapat jika terlalu menyalahkan caleg ataupun komisioner KPU yang lolos CPNS. Menurutnya, dibutuhkan sebuah penyelesaian yang arif dan bijaksana dalam menyikapi masalah tersebut. “Saya kira jangan melulu menyalahkan yang bersangkutan. Tapi seperti yang pernah dikomentari pihak lain, ada kekurangtelitian dari timsel anggota KPU dulu. Bahkan BKD pun saya nilai kurang teliti terhadap K2 yang masuk database,” kata jebolan perguruan tinggi Cirebon itu. Sebagai manusia biasa, tambah Rifqi, semua orang ingin memperbaiki nasibnya. Daripada selalu menggantungkan hidup kepada pemerintah yang tak kunjung mengakomodasi, lebih baik mencari peluang untuk perbaikan nasib. “Apalagi kalau yang bersangkutan sudah berkeluarga. Mereka butuh makan, biaya pendidikan anak-anaknya, dan berbagai kebutuhan lain. Sementara gaji honorer kan jauh dari UMR. Wajar saya kira kalau mereka mencoba melamar jadi anggota KPU atau menjadi caleg. Gajinya kan cukup menjanjikan,” ungkapnya. Kalaupun sekarang ternyata lolos CPNS, Rifqi meminta agar jangan dihalang-halangi. Akan lebih bijak, jika siapa pun mempersilakan caleg ataupun komisioner KPU untuk menentukan pilihan tanpa harus didesak. (ded)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: