Kaget Lihat Rumah Masa Kecil Dahlan

Kaget Lihat Rumah Masa Kecil Dahlan

SETIAP orang pastinya memiliki mimpi. Tak terkecuali Dahlan Iskan. Menteri BUMN itu sempat merasakan pahitnya hidup di sebuah desa kecil di Magetan, Jawa Timur. Dengan segala lika-liku perjuangannya, Dahlan akhirnya mampu bangkit dan membangun kerajaan media. Kisah yang sebelumnya disajikan dalam novel Sepatu Dahlan, Surat Dahlan, dan Senyum Dahlan karya A Fuadi itu diangkat Mizan Productions ke layar lebar. Disutradarai Benny Setiawan, film yang memakan waktu syuting 24 hari itu akan dirilis 10 April mendatang. ”Sejak pertama kali novel ini dirilis sekitar 2012, kami sudah tertarik. Untuk yang pertama kami buat film Sepatu Dahlan,” ujar Thamrin Anwar, produser eksekutif film itu di Istora Senayan, Jumat (7/3). Sepatu Dahlan mengisahkan masa kecil Dahlan Iskan. Aji Santoso yang melakoni perannya. Sementara Kinaryosih dipercaya berperan sebagai Ibu Iskan dan Donny Damara sebagai Bapak Iskan. Diakui Thamrin tidak ada intervensi dalam pemilihan pemain. ”Dalam film ini tidak ada intervensi sama sekali dari Pak Dahlan. Kami seniman diberikan kebebasan untuk mengadopsi buku Sepatu Dahlan,” kata Benny Setiawan. ”Pastinya, untuk memilih para pemain ini kita lakukan casting. Dan dari novel yang kami baca, saya kira pemain ini yang paling tepat,” sambung Sutradara Terbaik Festival Film Indonesia (FFI) 2010 itu. Mengangkat perjalanan hidup seorang tokoh, bukan hal baru baginya. Tetapi ketika tokoh itu masih hidup tentu memberikan tantangan tersendiri. Beruntung, kebebasan yang diberikan Dahlan menjadi penyemangatnya dalam berkarya. Menurutnya, Sepatu Dahlan bukan hanya dikemas menghibur, tetapi sangat inspiratif. ”Kita mengisahkan masa kecil Pak Dahlan, bagaimana seorang Dahlan kecil tidak pakai sepatu harus berjalan kaki 12 kilometer, pulang sekolah jadi kuli tandur, nyuri tebu, dan ditinggal ibunya,” ungkapnya. Benny membangun kembali desa kecil berikut rumah Dahlan sebagai setting. ”Kita bikin properti baru, baik dari visual dan ilustrasi musik yang selaras, sehingga membuat film ini memotret secara dekat fregmen-fregmen tentang pelajaran hidup, tanpa terkesan menggurui,” tuturnya. Dahlan yang tidak mengikuti proses produksinya dibuat kaget hasilnya. ”Saya kaget, kok ada rumah saya,” ucapnya yang hanya sekali mendatangi lokasi syuting. Reaksi serupa ditunjukkan Dahlan saat produser meminta izin untuk memfilmkan buku Sepatu Dahlan. ”Rizal dan Pak Thamrin (produser) datang ke Monas, ke kantor saya, ternyata dia minta izin kepada saya, boleh nggak novel itu difilmkan. Sebetulnya, saya tidak punya hak untuk itu. Saya kan bukan penulis, bukan penerbit bukunya, saya tidak punya hak untuk menentukan novel itu difilmkan,” terangnya. Kepada mereka, Dahlan sempat bertanya alasan pembuatan film itu. ”Ternyata dia sudah baca novel itu. Dia juga dulu orang susah dan sekarang sukses. Dan mereka ingin kisah di novel itu diketahui anak-anak Indonesia. Melalui film itu, mereka pengen anak-anak di Indonesia bisa seperti itu,” pungkasnya. (ash)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: