Terekam Kamera 4 Macan Tutul Jawa di Gunung Ciremai, Pendaki Tidak Perlu Takut, Ini Alasannya
Pendaki dan masyarakat tidak perlu khawatir dengan keberadaan macan tutul di Gunung Ciremai.-BTNGC-radarcirebon.com
Macan Tutul Jawa adalah hewan yang hidup menyendiri dan territorial, menandai wilayahnya dengan kotoran, bekas urin, dan cakaran di pohon, memiliki indra penglihatan dan penciuman yang tajam serta cenderung menghindar dari manusia.
Macan Tutul Jawa merupakan satwa endemik Pulau Jawa yang terancam punah.
Secara umum, populasi saat ini semakin menyusut akibat hilangnya habitat, perburuan liar, dan alih fungsi hutan.
Macan Tutul Jawa dilindungi secara hukum di Indonesia dan terdaftar dalam CITES Appendix I.
BACA JUGA:iPhone 11 dan Batasan iOS Update: Apakah Masih Worth It di 2024?
Di kawasan TNGC berdasarkan asal usulnya dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu individu asli (native) yang merupakan satwa asli kawasan Gunung Ciremai, dan individu hasil introduksi yaitu satwa hasil pelepasliaran/translokasi dari lokasi lain.
Macan tutul jawa hasil introduksi di TNGC, yang pertama yaitu pada tahun 2019 bernama Slamet Ramadhan berjenis kelamin Jantan, dengan corak kumbang.
Yang kedua pelepasliaran tahun 2022 bernama Rasi jenis kelamin betina dengan corak tutul terang.
Slamet Ramadhan terakhir terpantau kamera jebak atau camera trap pada bulan April tahun 2023, sedangkan Rasi berhasil terpantau pada bulan Juli 2024 ini.
BACA JUGA:Dukung Peningkatan Digitalisasi Pembelajaran SMAN 1 Subang: Telkom Perkenalkan Pijar Sekolah
Selanjutnya secara memuaskan, Balai TNGC melalui kegiatan monitoring dari bulan Juni sampai dengan Desember 2024 ini telah berhasil memantau keberadaan individu native Macan Tutul Jawa.
Pemantauan melalui kamera jebak sebanyak 3 ekor berjenis kelamin jantan, yaitu dua ekor memiliki corak tutul hitam (kumbang) dan satu ekor bercorak tutul terang”.
“Sehingga jumlah individu Macan Tutul Jawa di kawasan TNGC yang berhasil terpantau atau terdeteksi keberadaannya selama kurun tahun 2024 berjumlah 4 ekor, yaitu 3 ekor satwa asli (native) dan 1 ekor satwa hasil introduksi yaitu Rasi, sementara Slamet Ramadhan belum berhasil terdeteksi oleh kamera jebak pada tahun 2024 ini,” tutup Toni Anwar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: