Faktor Figur Makin Menguat di Parpol

Faktor Figur Makin Menguat di Parpol

JAKARTA -Figur masih menjadi faktor yang paling memengaruhi pemilih dalam menentukan pilihan terhadap 12 partai politik dalam pemilu legislatif mendatang. Setidaknya, tujuh parpol dipilih karena masyarakat tertarik kepada tokoh kunci di dalamnya. Charta Politika Indonesia mencatat, berdasar survei terhadap 1.200 responden, gejala personalisasi menguat di tingkat parpol. Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya menyebut itu dengan istilah demokrasi kultus. \"Partai politik cenderung hanya menjadi fans club. Gejala itu tampak dari menguatnya peran dan pengaruh tokoh-tokoh kunci partai politik,\" kata Yunarto dalam paparan hasil survei di Jakarta kemarin (26/3). Alasan masyarakat memilih karena tertarik figur, kata dia, terdapat pada tujuh parpol. Yakni, PDIP dengan 57,8 persen pemilih yang tertarik karena figur Joko Widodo. Kemudian, Partai Gerindra 47,9 persen karena tertarik kepada Prabowo Subianto, dan Partai Demokrat 38,2 persen karena figur SBY. Sementara itu, 40 persen pemilih Hanura tertarik karena Wiranto, 24,1 persen pemilih PAN karena figur Hatta Rajasa, 26,5 persen pemilih PKS tertarik figur Hidayat Nur Wahid, dan 33,3 persen pemilih PKPI karena faktor Sutiyoso. Alasan berbeda ditemukan atas pilihan masyarakat terhadap Partai Golkar karena dianggap mewakili semangat Orde Baru/Soeharto, yakni sebanyak 32,8 persen pemilihnya. Kemudian, 39,1 persen pemilih PKB beralasan karena mewakili aspirasi Nahdlatul Ulama, 46,2 persen pemilih PPP karena dianggap mewakili aspirasi umat Islam, 29,4 persen pemilih Nasdem mengaku karena tertarik dengan caleg-calegnya, dan PBB dianggap mewakili aspirasi umat Islam oleh 30 persen pemilih. Yunarto mengatakan, pada batasan tertentu, gejala demokratisasi kultus itu cenderung mengkhawatirkan. \"Sebab, itu akan memperlemah upaya penguatan pelembagaan partai politik,\" terangnya. Ketua Badan Penelitian dan Pengembangan DPP Partai Golkar Indra J Piliang mengatakan, hasil survei tersebut sejalan dengan strategi yang diusung Golkar dengan \"menjual\" kesuksesan Orba dalam kampanye. Dia mengungkapkan, sebelum berkampanye, partainya terlebih dahulu melakukan kajian apa yang menjadi minat masyarakat. Baik melalui forum-forum diskusi maupun riset secara tertutup. \"Jadi bukan keinginan dari elite Partai Golkar, tetapi berdasar hasil proses yang scientific. Makanya, kami gunakan itu (materi Orba, Red) dalam berkampanye,\" ujar Indra. Karena alasan itu, Golkar juga melibatkan beberapa senior partai dalam berkampanye. Termasuk dari keluarga Pak Harto, yakni Siti Hardiyanti Rukmana alias Mbak Tutut. Namun, dia menegaskan tidak semua hal dalam Orba kembali diangkat. Misalnya, soal dwifungsi ABRI. \"Konsep Orde Baru itu seperti trilogi pembangunan, pemerataan. Itu yang kita dorong,\" katanya. (fal/c4/fat)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: