Ketika Kadal ‘Muncak Dulu’ ke Gunung Ciremai

Momen CEO Radar Cirebon Group, Yanto S Utomo saat mendaki Gunung Ciremai bersama anggota Kadal Cycling Club (KCC). -Istimewa -Radarcirebon.com
Tak jauh dari Pos 1, kurang lebih 500 meter sudah sampai di Pos 2 Kuta. Pos ini dengan ketinggian 1575 mdpl. Kami tidak berhenti di pos ini. Bahkan sebagian tidak menyangka jika sudah melewati pos 2.
Pendakian diteruskan ke Pos 3 Paguyuban Badak dengan ketinggian 1800 mdpl. Dari pos 2 ke pos 3 lumayan landai. Rombongan masih tampak hepi.
Setelah itu baru sampai Pos 4 Arban dengan ketinggian 2050 mdpl. Sampai jalur ini sebagian besar jalurnya menanjak.
Dari Pos 4 lanjut ke Pos 5 tanpa berhenti. Di Pos 5 dinamakan Tanjakan Asoy dengan ketinggian 2108 MDPL. Jalur yang cukup berat. Kami melewati pos ini berhenti sebentar berfoto.
Perjalanan dilanjutkan menuju Pos 6 Pesanggrahan. Pos ini dengan ketinggian 2200 MDPL. Karena sudah lumayan lelah, pos ini sangat dinantikan. Sebab, di tempat ini bisa istirahat sejamak. Juga bisa makan makanan ringan dan mengisi air minum yang dibawa porter.
Di Pos 6 memang ramai pendaki. Di pos ini pula yang dijadikan tempat berkemah atau bermalam bagi para pendaki. Di tempat ini tampak ada selter permanen yang ditempati penjaga dan para porter untuk beristirahat.
Setelah istirahat sejenak, perjalanan dilanjutkan menuju ke Pos 7 Sanghyang Ropoh dengan ketinggian 2650 MDPL. Jalur ini penuh kewaspadaan karena di sudah mulai rute jalan bebatuan. Rombongan pun mulai terpencar dalam beberapa kelompok kecil.
Setelah membelah bebatuan terjal, saya dan kelompok terdepan sampai di Pos 8 Goa Walet. Inilah pos terakhir sebelum sampai pucak Ciremai.
Goa Walet berada di ketinggian 2934 MDPL. Goa ini terletak di sebelah kanan jalur. Lokasinya agak menurun puluhan meter dari pertigaan Apuy-Palutungan.
Walau di tempat ini merupakan jalur pertemuan pendakian dari Palutungan dan Apuy, namun tidak terlihat yang mendirikan tenda di tempat tersebut. Selain sulit ditemukan lahan yang rata, juga ada yang percaya banyak hal mistis di tempat tersebut.
Konon di Gowa Walet ini terdapat sebuah legenda yang sangat terkenal. Namanya legenda Nini Pelet. Hal inilah yang menambah aura mistis tempat ini. Selain itu memang ada larangan untuk berkemah di lokasi di tempat keluarnya lahar jika Ciremai erupsi ini.
Sejak di Pos 6, rombongan yang 15 orang tersebut sudah mulai terpencar. Maklum, dari Pos 6 jalur sudah mulai bebatuan. Dibutuhkan nyali tinggi dan kehati-hatian untuk sampai ke puncak.
Akhirnya, tepat pukul 10.40, saya bersama William, Budi Yana Setia dan Reza Adi Saputra, berhasil sampai ke puncak Ciremai. Dengan disambut kabut dan angin yang dinginnya menusuk tulang, kami sampai di ketinggian 3078 MDPL.
Hal pertama yang kami lakukan di puncak adalah antre foto di tugu yang dan plang kecil bertuliskan “Atap Jawa Barat”. Sambil memegang plakat “3078 MDPL” kami pun satu demi satu berfoto ria dengan berbagai gaya.
Persoalan timbul ketika kami berempat menunggu rekan-rekan lain yang belum sampai puncak. Kami menggigil kedingan. Ketika itu memang angin dingin, berkabut diselingi sedikit rintik hujan yang membikin nyeri tulang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: