Ratusan Pelayat Iringi Pemakaman Buya Ja’far
CIREBON – Raut kesedihan sangat terlihat pada KH Said Aqil Siradj dan KH Mustofa Aqil Siradj, saat menyaksikan jasad sang kakak KH Ja’far Aqil Siradj dibaringkan di tempat peristirahatan abadi. Lelehan air mata semakin deras mengurai, ketika berkubik-kubik tanah liat mulai menutupi liang lahat. Dengan mulut terbata-bata, dua kakak beradik dan ratusan santri Pondok Pesantren Kempek dan para pelayat lain yang ikut mengiring jenazah ketua MUI Kabupaten Cirebon ini, senantiasa mengumandangkan lafad laa ila ha illallah. Kondisi ini menambah haru suasana di pemakaman umum Desa Kempek Kecamatan, Kecamatan Gempol, Kabupaten Cirebon (2/4) kemarin. Puluhan lembar kertas lembut warna putih nampaknya tidak dapat menghapus lelehan air mata, rasa kehilangan sangat tampak di wajah ketua umum PBNU itu. Sosok seorang kakak sekaligus orang tua, kini sudah tidak ada lagi. Begitu juga dengan wajah KH Mustofa, ketiadaan Buya Ja’far membuat ia harus berfikir keras guna mencarikan sosok pengganti pengasuh Pondok Pesantren Kempek yang istiqomah membimbing santri selama 24 jam setiap hari. Di sela-sela prosesi pemakaman kakaknya, KH Said Aqil Siradj merasa sangat kehilangan akan sosok ulama yang begitu banyak kelebihan. Salah satu kelebihannya, mempunyai semangat yang besar untuk membangun pesantren dan NU, guna menjaga eksistensi syiar Islam di tanah Cirebon. “Saya bangga dengan beliau. Tanpa kerja keras beliau, tidak mungkin Pesantren Kempek sebesar ini. Dengan usia yang sudah tidak muda lagi, beliau pun sukses menyelenggarakan Munas NU tahun lalu,” ucapnya. Kelebihan lainnya adalah, almarhum sangat disiplin dalam menjalankan ibadah yang disyariatkan agama. Dia selalu memimpin salat berjama’ah lima waktu setiap hari. “Mengimami salat lima waktu setiap hari itu sangat berat, tapi beliau mampu. Itu yang patut ditiru oleh penggantinya kelak,” imbaunya. Mengenai siapa yang bakal meneruskan perjuangan almarhum Buya Ja’far, pria yang dekat dengan almarhum Gus Dur ini menyerahkan sepenuhnya kepada keluarga besar Pondok Pesantren Kempek. Namun, semua elemen yang ada di pondok siapapun itu, seluruhnya harus siap melanjutkan perjuangan beliau. “Ada KH Mustofa Aqil Siradj, kemudian ada menantunya Ahmad yang sudah malang melintang belajar di Mesir,” ujarnya. Sementara, KH Mustofa Aqil Siradj mewakili keluarga meminta maaf kepada semua masyarakat Kabupaten Cirebon, apabila dalam memimpin MUI Kabupaten Cirebon dan Pondok Pesantren Kempek, almarhum Buya Ja’far mengambil keputusan atau kebijakan yang menimbulkan pro dan kontra. “Mohon doa dan bantuan moril bagi kami untuk meneruskan perjuangan beliau,” ungkapnya. Terpisah, Ketua PWNU Jawa Barat Dr H Eman Suryaman yang ikut mengantarkan jenazah almarhum mengatakan, semasa hidup, Buya Ja’far selalu memberikan spirit dan motivasi kepada kaum muda NU agar senantiasa berkiprah dalam pembangunan bangsa. “Kita sebagai kaum muda harus mencontoh semangat beliau dan meneruskan perjuangan beliau,” singkatnya. Dalam pemakaman Buya Ja’far yang berlangsung kemarin, banyak kiai dan ulama sewilayah Ciayumajakuning yang tampak hadir. Seperti Rois Syuriyah PCNU Kabupaten Cirebon KH Usamah Mansyur, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Mizan Majalengka KH Maman Imanulhaq, pengasuh Pondok Pesantren Nahdatul Ummah Buntet Pesantren KH Lutfi El Hakim, sesepuh Pondok Pesantren Gedongan, Buntet Pesantren, Babakan Ciwaringin dan lainnya. (jun) FOTO: MOHAMAD JUNAEDI/RADAR CIREBON KEHILANGAN. Keluarga besar Pondok Pesantren Kempek Cirebon merasa sangat kehilangan atas kepergian almarhum KH Ja’far Aqil Siradj.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: