Ganti Menteri Ganti Kurikulum, Reformasi Pendidikan atau Sekadar Eksperimen Kurikulum?

Ganti Menteri Ganti Kurikulum, Reformasi Pendidikan atau Sekadar Eksperimen Kurikulum?

Erni Johar.-ist-

REFORMASI pendidikan merupakan salah satu isu yang selalu menjadi sorotan dalam pembangunan bangsa. 

Pendidikan sebagai fondasi utama dalam menciptakan sumber daya manusia yang unggul harus selalu diperbaiki agar sesuai dengan perkembangan zaman. 

Namun, reformasi pendidikan di Indonesia sering kali tampak seperti eksperimen kurikulum yang berubah-ubah tanpa arah yang jelas.

Sejak Indonesia merdeka, berbagai kurikulum telah diterapkan, mulai dari Kurikulum 1947, 1968, 1975, 1984, 1994, hingga yang lebih modern seperti Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Kurikulum 2013, dan Kurikulum Merdeka. 

Perubahan ini tentu dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, tetapi dalam praktiknya, sering kali tidak diiringi dengan kesiapan yang matang. 

Salah satu permasalahan utama dalam perubahan kurikulum adalah kurangnya evaluasi mendalam terhadap implementasi kurikulum sebelumnya. 

Alih-alih memperbaiki kelemahan yang ada, perubahan kurikulum justru sering kali membawa kebingungan bagi guru, siswa, dan orang tua

BACA JUGA:Pesan Kapolresta Cirebon Saat Pantau Jalur Arteri Arus Mudik Lebaran 2025

Mereka harus terus beradaptasi dengan sistem baru yang kadang belum sepenuhnya teruji efektivitasnya.

Selain itu, reformasi pendidikan di Indonesia lebih sering terfokus pada aspek teknis kurikulum dibandingkan dengan peningkatan kualitas tenaga pendidik. 

Padahal, tanpa guru yang kompeten dan memahami filosofi pendidikan yang diterapkan, perubahan kurikulum hanya akan menjadi beban administratif tanpa dampak signifikan terhadap pembelajaran. 

Pola perubahan kurikulum yang terlalu sering juga menyebabkan kurangnya kontinuitas dalam proses pembelajaran. 

Siswa yang baru memahami metode pembelajaran tertentu harus kembali menyesuaikan diri dengan sistem baru. 

Hal ini tidak hanya menyulitkan siswa, tetapi juga membingungkan guru dalam menyusun strategi pengajaran yang efektif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: