10 Pelajar Mundur UN
KUNINGAN - Jumlah pelajar peserta ujian nasional (UN) tidak selengkap dalam data nominatif tetap (DNT) yang diterbitkan Provinsi Jawa Barat. Di hari pertama UN SMA/SMK/MA/Paket C di Kuningan, sebanyak 15 pelajar tidak hadir. Alasan ketidakhadiran para siswa diketahui sebanyak 10 pelajar memilih mengundurkan diri dari UN. Sedangkan 5 pelajar lainnya dalam kondisi sakit. Jumlah peserta tidak hadir didominasi siswa SMK. 10 pelajar itu di antaranya masing-masing 1 pelajar berasal dari SMKN 1 Kuningan, SMKN 2 Kuningan, SMKN 6 Kuningan, SMK Budi Bhakti Mandirancan, dan SMK 1 Muhamadyah. Mereka beralasan mundur. Alasan serupa juga terjadi pada 2 siswa SMK Karya Nasional. Sedangkan 1 siswa SMK Karya Nasional yang lain tidak bisa hadir di hari pertama dengan alasan sakit. Begitu juga dengan 1 siswa SMKN 3 Kuningan dan 1 SMK Taufik Mubarok, tidak bisa hadir karena sakit. Selanjutnya ada satu peserta yang tidak bisa mengikuti UN di sekolah. Ialah Dahrul Sidiq, siswa Prodi Teknik Kendaraan Ringan (TKR) SMK Petiwi Kuningan. Ia dirawat di RS Ciremai Cirebon akibat kecelakaan lalu lintas. “Siswa dirawat di RS tetap ikut UN. Tapi diawasi dari petugas disdikpora, pengawas dan kepolisian,” jelas Kadisdikpora A Taufik Rochman M MPd didampingi Sekdisnya, Dedi Supardi MPd kepada Radar. Sementara tingkat kehadiran siswa madrasah aliyah (MA) mencapai 100%. Menurut Taufik, peserta sakit bisa mengikuti susulan sepekan setelah UN selesai. Pun bagi pelajar yang hari pertama tidak bisa hadir dengan alasan mundur, tiba-tiba di hari kedua hadir bisa mengikuti UN susulan. Mundurnya 10 peserta UN diakuinya sebagian akibat sudah mundur sebelum DNT turun, tetapi tercatat dalam DNT. Sebagian lagi memang tidak masuk DNT, tetapi dalam rentang turun DNT hingga pelaksanaan UN pelajar tersebut bermasalah. “Bentuk masalahnya kita gak tahu. Untuk bisa tahu, kita harus cari tahu ke sekolahnya,” kata mantan kadispenda itu. Yang jelas, menurutnya, pelajar bermasalah biasanya tetap didatangi keluarganya oleh pihak sekolah agar pelajar bersangkutan tetap ikut UN. Tetapi keluarganya tetap tidak mau anaknya mengikuti UN. “Biasanya juga ada berita acara yang dibuat sekolah dengan keluarganya. Bentuk masalahnya ada dalam berita acara itu,” ujar Taufik. (tat)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: