Pemkot Harus Terbuka soal TAIS
Investor Harus Aman, Perlu Sosialisasi Intensif ke Warga KEJAKSAN– Rencana pembangunan kembali obyek wisata Taman Ade Irma Suryani (TAIS) menunjukkan geliat usaha di Kota Cirebon semakin bertambah. Tapi Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kota Cirebon meminta Pemkot Cirebon terbuka atas segala sesuatu tentang TAIS. Terlebih, rencana pembangunan cottage atau villa pantai belum terlalu bersahabat dengan telinga masyarakat Cirebon. Juga, pro kontra pelarangan minuman beralkohol (mihol) masih menyeruak dan terus jadi perdebatan publik. Ketua Kadin Kota Cirebon, H Yuyun Wahyu Kurnia SE MBA mengatakan Pemkot Cirebon harus terbuka kepada masyarakat tentang sarana dan fasilitas yang akan dibangun di TAIS. Sebab, selama ini banyak isu liar berkembang soal tempat yang dulu menjadi obyek wisata primadona Cirebon itu akan diubah menjadi lokasi tertentu yang tidak sesuai dengan kultur masyarakat Cirebon. “Jangan sampai di tengah jalan sedang membangun, terus didemo masyarakat karena isu miring,” terangnya kepada Radar, Kamis (1/5). Sebagai pengusaha, Yuyun mengetahui persis keinginan para investor. Yakni rasa aman dan nyaman dalam waktu lama. Karena itu, selain Pemkot Cirebon harus proaktif melakukan sosialisasi rencana pembangunan TAIS ke depan, dia meminta kepada masyarakat Kota Cirebon untuk membantu investor masuk ke wilayah Cirebon dengan rasa aman dan nyaman. “Kota Cirebon wilayahnya kecil sekali. Di sini ada banyak budaya, karakter dan latar belakang. Pengusaha tidak peduli dengan itu, terpenting aman. Itu saja yang diminta,” ucapnya. Pembangunan TAIS dipastikan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Di mana, PAD tersebut diberikan guna pembangunan Kota Cirebon yang lebih baik. Yuyun mengingatkan, TAIS sudah lama tidak produktif dan dibiarkan terbengkalai. Sehingga, menjadi keberuntungan jika ada pengusaha yang mau berinvestasi dan mengembangkannya. Selain itu, TAIS diharapkan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja dari penduduk Kota Cirebon.”Keberadaan TAIS baru pasti menumbuhkan dunia pariwisata kita. Kota Cirebon akan menjadi kota tujuan,” ujarnya yakin. Terkait rencana pembangunan cottage atau villa di tepi pantai oleh calon investor, Yuyun mengingatkan agar tidak berasumsi negatif dengan itu. Artinya, cottage tidak selalu menumbuhkan kemaksiatan. Meskipun demikian, Pemkot Cirebon harus menegaskan sejak dari sekarang kepada calon investor, agar tidak menyimpang dari adat istiadat dan budaya Cirebon yang religius. “Saya mendukung pembangunan kembali TAIS. Masyarakat merindukan tempat itu dikunjungi kembali,” tukasnya. Terpisah, aktivis buruh Cirebon M Fahrozi mengatakan sebagai masyarakat Kota Cirebon, dia berharap investor TAIS memikirkan tentang calon pekerja. Khususnya, upah pekerja harus layak dan sesuai dengan Upah Minimum Kota (UMK). “Saya khawatir, setelah berdiri upa dan kesejahteraan pekerja diabaikan,” ujarnya. Termasuk pula di dalamnya kelengkapan TAIS. Dalam hal ini, dia meminta Pemkot dan calon investor untuk menyampaikan kepada publik, agar saat mendirikan tidak ada persoalan. Terkait itu, lanjutnya, pemkot jangan hanya mementingkan investasi semata. Salah satu jaminan kepastian pekerja, kesejahteraan dan upah kerja, harus dibuat komitmen bersama investor. “Jika perusahaan melanggar, tutup saja,” tukasnya. Seperti diberitakan, PT Prima Sarana Manunggal sebagai satu-satunya peserta lelang TAIS, sudah melakukan pemaparan di hadapan tim seleksi, forum seleksi, dan Wali Kota Cirebon Drs H Ano Sutrisno MM. Direktur Utama PT Prima Sarana Manunggal, Iwien Whintoro, mengatakan, TAIS akan diubah menjadi lokasi pariwisata pilihan. Untuk menambah nuansa pariwisata pantai di TAIS, pihaknya akan membangun cottage di pinggir pantai. “Kami akan mendapatkan pemasukan dari cottage dan tiket masuk. TAIS memiliki nilai historis bagi kami,” ujarnya. Jika dihitung, kata Iwien, PT Prima Sarana Manunggal akan memperoleh Rp1,1 miliar pertahun dengan pengeluaran Rp451 juta pertahun. Meski keuntungan tidak terlalu signifikan, dia mengatakan perusahaannya hanya berniat memajukan Kota Cirebon dan memberikan hiburan bagi masyarakat wilayah Cirebon. “Kendalanya akses masuk kecil. Lahan terbatas hanya 2,7 hektare,” beber Iwien. Komisaris PT Prima Sarana Manunggal, Handjaja Halim menjelaskan, alasan perusahaannya mengikuti lelang TAIS agar obyek wisata andalan Kota Cirebon itu mendunia dan bertaraf internasional. Bahkan, hal itu ditandai dengan penggunaan nama berbahasa Inggris. “Namanya Ocean Park Ade Irma Suryani,” sebut Handjaja. Saat ini, kondisi pantai di TAIS kotor dan berlumpur. Bahkan, banyak air limbah dibuang ke pantai tersebut. Karena itu, lanjutnya, saat menang menjadi investor, pihaknya akan mendatangkan pasir dari Tirtamaya Indramayu untuk dicampurkan dalam pantai TAIS. Tidak hanya itu, faktor keamanan dan kenyamanan akan diberikan. “Air limbah di TAIS akan kami daur ulang. Ini demi memanfaatkan sekitar,” ucapnya. Berdasarkan hasil konsultasi dengan ahli geologi, tanah di TAIS tidak mungkin dibangun sumur dalam, karena mengandung kadar garam tinggi. Terkait kurangnya atau minimnya permainan anak, disebabkan oleh lahan yang terbatas. Untuk itu, lanjut Handjaja, PT Prima Sarana Manunggal akan melakukan reklamasi pantai. Berdasarkan hasil survei, pasir baru ditemukan sekitar 300 meter dari bibir pantai saat ini. “Kami akan urug secara bertahap. 100 meter dulu, dilanjutkan hingga 300 meter,” terangnya. Untuk tiket masuk, pihaknya akan menetapkan angka Rp25 ribu hingga Rp30 ribu. Harga yang dianggap terjangkau oleh kalangan menengah ke bawah. (ysf)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: