MOS Tahun Ini Lebih Bersahabat

MOS Tahun Ini Lebih Bersahabat

Berbeda dengan Surat Edaran Dinas Pendidikan Kota Cirebon tentang pungutan yang diabaikan sejumlah sekolah, tidak demikian dengan Surat Edaran Disdik tentang Masa Orientasi Siswa (MOS). Dalam surat edaran tersebut, masa orientasi harus edukatif dan tidak bersifat perpeloncoan. KOSTUM-kostum aneh dan atribut lain yang sifatnya melecehkan martabat diri siswa baru, rupanya tidak nampak di hari pertama masa orientasi siswa pada sejumlah sekolah. MOS sendiri berlangsung serempak di seluruh SMP dan SMA/SMK sampai sepekan ke depan. Di hari pertama rasanya yang ada hanya perkenalan. “Perkenalkan nama saya Latifah, saya tinggal di Jalan Perjungan,” ujar Latifah siswa kelas X SMAN4 Kota Cirebon, Senin (12/7). Pakaian yang dikenakan Latifah pun tidak ubah seperti yang dikenakan kakak kelas panitia pendampingnya. Mungkin yang bisa membedakan hanya kecerahan warna dari seragam putih abu-abu miliknya, maklum mungkin seragam Latifah baru dibelikan orangtuanya. Wakasek Kesiswaan SMAN 4 Kota Cirebon, Drs Irman Darojat mengatakan, dalam MOS tahun ini dirinya ketat mengawasi aturan bagi para kakak kelas yang terlibat dalam MOS. Sekiranya ada jenis kegiatan yang dianggap tidak lagi sejalan dengan spirit edukatif dan merendahkan martabat siswa, kegiatan itu langsung dicoret. “Kami tidak mau kecolongan yang aneh-aneh. Saya bahkan terpaksa datang lebih pagi dari panitia yang melibatkan OSIS dan organ ekstrakurikuler lainnya, hanya untuk memastikan bahwa MOS baik-baik dan wajar sesuai aturan,” ungkapnya saat ditemui koran ini di ruang kerjanya. Di tempat terpisah, Kepala SMPN 4 Kota Cirebon, Suhendi Warna MPd MM memastikan bahwa MOS yang berlangsung di sekolahnya jauh dari kegiatan tidak mendidik. Justru ada dua hal yang ingin ditanamkan, kecintaan terhadap sekolah dan lingkungan. Kesemuanya diwujudkan dalam memberikan motivasi agar siswa baru ini bisa berprestasi di sekolah dan lingkungan. Satu di antara kegiatan memotivasi siswa baru untuk cinta lingkungan adalah pada akhir MOS nanti, akan dilakukan penanaman pohon oleh seluruh siswa. ”Belum lama ini kebetulan kami baru saja menerima Piala Juara II Sekolah Berbasis Lingkungan dari Gubernur Jawa Barat. Ini salahsatu objek yang ingin kami kenalkan kepada siswa, agar siswa lebih cinta pada lingkungannya yang hijau dan asri,” ungkapnya seraya menaruh harapan tahun depan piala Adiwiyata bisa diraih SMPN 4. Sementara itu Wakil Walikota Cirebon, H Sunaryo HW SIP saat ditemui tengah sidak pelaksanaan MOS tahun ajaran ini di SMPN 4, menyampaikan agar MOS memiliki makna dalam bagi siswa baru dalam mengenal lingkungan sekolahnya. Tidak boleh ada lagi tindak kekerasan terhadap siswa. “Saya tidak mau mendengar, ada MOS diwarnai kekerasan. Laksanakan MOS dengan tertib, sesuai ketentuan,” pintanya. Sementara itu, kolomnis Rini Hastuti, berpandangan bahwa pemerintah memang sudah seharusnya memikirkan pola pelaksanaan masa orientasi untuk siswa baru. Menurut Rini, pola pelaksanaan masa orientasi yang selama ini terjadi banyak hal yang sebetulnya tidak mendidik sama sekali. Apalagi kalau didalihkan untuk melatih kreativitas siswa. Tentu, bila yang mengikuti masa orientasinya adalah siswa menengah pertama yang naik jenjang ke sekolah menengah pertama, perlu dipikirkan masa orientasi seperti apa yang sesuai. Misalnya saja, untuk barang bawaan siswa yang disamarkan menjadi sejumlah teka-teki, menurutnya itu masih berkaitan dengan melatih kreativitas siswa dan kedisiplinan dalam pelaksanaan tugas. Tetapi, bila sudah lebih dari itu, terutama hal-hal yang membuat seseorang terlihat kekonyolannya disertai dengan hukuman-hukuam yang tidak relevan, sudah semestinya hal itu yang dihilangkan. “Prinsipnya harus kembali ke tujuan dari masa orientasi itu sendiri,” katanya. Materi-materi yang diberikan dan berbagai kegiatan yang ada di dalamnya mesti disesuaikan dengan usia dan jenjang pendidikan siswa. “Apalagi kalau yang SMA, itu harus diperhatikan betul. Bukan yang kekanak-kanakan,” tuturnya. Pola pelaksanaan masa orientasi, lanjut Rini, sudah semestinya mendapatkan pengawasan ketat dari sekolah. Dengan mengandalkan anak-anak yang satu jenjang lebih tinggi dari siswa baru yang diorientasi, tentu saja tidak akan maksimal. Sebab, secara pemikiran tidak jauh berbeda. “Sekolah harus memperhatikan ini dan benar-benar memberikan pengawasan,” kata dia. Perempuan berkacamata ini menegaskan, sekarang ini memang sudah waktunya institusi penyelenggara pendidikan melakukan kajian terhadap pelaksanaan masa orientasi yang sekarang ini berjalan. Apakah spiritnya benar-benar orientasi siswa yang baru masuk ke lingkungan institusi pendidikan yang baru atau justru melenceng dari dari harapan. (suhendrik/yuda sanjaya)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: