Final Pro El Cholo
MADRID - Cristiano Ronaldo, Gareth Bale, atau Diego Costa banyak disebut menjadi key factor dalam final Liga Champions 2014. Gol mereka bakal menentukan siapa diantara Real Madrid atau Atletico Madrid yang bakal keluar sebagai pemenang dalam laga di Estadio da Luz Minggu dini hari WIB (25/5). Tapi, jangan pernah lupakan sosok di pinggir lapangan. Ya, kejelian, kelihaian, dan kemampuan memotivasi dari entrenador masing-masing tim ikut memberi pengaruh signifikan. Yakni, Diego Simeone dari Atleti -sebutan Atletico- dan Carlo Ancelotti dari sisi Real. Keduanya merupakan pelatih dari generasi berbeda. Ancelotti (54) telah memulai karirnya pada 1995 bersama klub dari provinsi di kota kelahirannya, Reggiana. Sedangkan Simeone yang sepuluh tahun lebih muda baru meniti karir pelatih bersama Racing Club pada 2006. Overall, kedua pelatih kini sama-sama menangani klub ketujuh dalam karir mereka. Hanya, bicara pengalaman, Carletto -sapaan akrab Ancelotti- tentu lebih matang karena pernah menangani klub mapan seperti Juventus, AC Milan, Chelsea, Paris-Saint Germain (PSG). Sebaliknya, sebelum bersama Atleti, Simeone hanya menangani klub lokal Argentina plus klub gurem Italia, Catania. El Cholo -julukan Simeone- pun boleh dibilang hanya mereguk sukses besar ketika menangani Atleti tiga tahun lalu. Bandingkan dengan Ancelotti yang punya catatan prestasi masif di mayoritas klub yang dibesutnya. Namun, rekam jejak yang positif atau catatan di atas kertas bukan garansi Ancelotti bakal mampu memenangi laga di Da Luz. Faktor nonteknis dan luck juga memiliki peran penting. \"Menjalani sebuah final Liga Champions di tahun pertama sungguh capaian luar biasa. Kami juga belum terkalahkan dalam perjalanan menuju final,\" kata Simeone seperti dilansir Mundo Deportivo. \"Ini bukan hanya final untuk saya, melainkan bagi klub yang telah bekerja keras selama tiga tahun terakhir,\" imbuhnya. Sebagai catatan, Simeone juga didukung statistik laga final. El Cholo tidak pernah kalah mulai dari Europa League dan Piala Super Eropa 2012 serta Copa del Rey 2013. Tahun ini, meski harus menyerahkan Piala Super Spanyol kepada Barcelona, Atleti tidak kalah dalam dua leg. Laga terakhir Atleti pun juga termasuk \"final\". Yakni, jornada pemungkas Primera Division kontra Barca -sebutan Barcelona- di Camp Nou (18/5). Hasilnya, Atleti bermain seri 1-1 dan memastikan gelar Primera Division kali pertama sejak 1996. Bagaimana dengan statistik final Ancelotti? Dari 14 laga perebutan juara, Carletto memenangi sepuluh diantaranya. Di sisi lain, dari empat kegagalan, tiga diantaranya dilalui lewat adu penalti. Itu menunjukkan betapa tidak mudahnya mengalahkan Carletto dalam perebutan gelar. \"Kenangan di final terburuk tentu saja final (Liga Champions) Istanbul 2005. Kalah adu penalti setelah unggul 3-0 di babak pertama benar-benar memori menyakitkan,\" tutur Carletto di situs resmi UEFA. (dns)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: