Guru Ngaji Nyaris Punah
KUNINGAN - Peran guru ngaji bagi generasi berakhlakul karimah sangatlah vital. Tapi hasil Lokakarya Kuliah Pengabdian Mahasiswa (KPM) Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al Ihya Kuningan di aula Dipenda, Minggu (8/6) menyebutkan, guru ngaji di Kabupaten Kuningan terancam punah. ”Hasil penelitian mahasiswa KPM, problem aktivitas keagamaan di pedesaan masih banyak. Yang menonjol kurangnya guru ngaji. Guru ngaji, bahkan bisa dibilang terancam punah. Ini seharusnya menjadi kekhawatiran besar kita bersama, terlebih pemerintah,” ungkap Ketua Panitia Lokakarya KPM STAI Al Ihya, Haris Subhan MSi. Haris pun memberi solusi perlu adanya program kaderisasi calon ustad atau guru ngaji dengan kesejahteraan yang memadai. Begitupun dengan sarana dan prasarana keagamaan yang juga masih kurang perlu terus menjadi perhatian serius. Selain itu, Haris menilai kebijakan dan suasana keagamaan belum terpadu secara utuh antara ulama dan umaro. Sejumlah letupan keagamaan selama ini hanya banyak bernuansa seremonial. ”Maka mesti ada pengembangan pembelajaran agama oleh para ustad. Ulama, dan sarjana STAI harus lebih berkonsentrasi pada penguatan akidah, bimbingan ibadah dan motivasi untuk diwujudkan dalam perilaku sehari-hari,” katanya. Hasil penelitian mahasiswa KPM lainnya, ialah minat belajar agama di pedesaan bagi pelajar yang ada di SD dan SMP jumlahnya masih minim. Haris pun memberi solusi pentingnya motivasi para orang tua agar putra-putrinya di samping masuk sekolah umum juga mengikuti kegiatan TPA, Madrasah Diniah, atau pondok pesantren. ”Keprihatinan kita juga tertuju pada kondisi masjid saat waktunya salat wajib tiba. Banyak masjid atau musala di pedesaan yang jamaah salatnya sedikit. Ini perlu penggalangan bersama menyangkut kesadaran beribadah di masjid bagi masyarakat,” katanya. Puket III Kemahasiswaan H Ugin Lugina MPd menuturkan, selama sebulan KPM di tengah masyarakat, mahasiswanya melakukan banyak hal. Mulai inventarisir potensi pembangunan desa, problem solving pedesaan, sumbang-saran pengembangan solusi atas temuan permasalahan. Selain itu, mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. “Dengan begitu, mahasiswa memiliki kemampuan mengkaji, merumuskan, dan memecahkan masalah berbasis kompetensi, profesional, pragmatis, dan interdisipliner di bidang agama dan kemasyarakatan,” tuturnya. Mahasiswanya juga membantu penyelenggaraan program pemerintahan, khususnya dalam bidang agama dan kemasyarakatan. Sekaligus mengintegrasikan peran serta civitas akademika STAI Al-Ihya dengan masyarakat. Klasifikasi kegiatannya, disimpulkan Ugin meliputi bidang mental spiritual, pembinaan generasi muda, kependudukan dan kesehatan lingkungan, pembinaan kesejahteraan keluarga dan administrasi serta sarana fisik desa. Ikut hadir dalam Lokakarya KPM STAI Al Ihya, 180 mahasiswa, 30 dosen, 15 kepala desa, Kepala Bappeda, Kepala Kemenag, MUI dan Pengurus Yayasan Al Ihya. (tat)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: