Islam, Keadilan, dan Perdamaian Dunia

Islam, Keadilan, dan Perdamaian Dunia

Oleh: Dudi Farid Wazdi TAK terasa, sudah dua belas tahun berlalu (12 oktober 2002) peristiwa pengeboman nigt club di Legian, Bali. Angkara yang memilukan dan sekaligus memalukan wajah bangsa dimata dunia ini mudah-mudahan menjadi cermin kewaspadaan bagi semua pihak sehingga ia tidak berulang dan kedamaian pun dirasakan oleh kita semua! Tapi, konon peristiwa nekad ini dikarenakan protes terhadap ketidakadilan dunia. Sejatinya, kehidupan di bawah naungan perdamaian merupakan cita-cita primordial umat manusia.  Mereka selalu berusaha keras bagi mencapai cita-cita tersebut. Tetapi, kegagalan manusia dalam mencapai perdamaian yang abadi menyebabkan sebagian orang percaya bahwa cita-cita itu memang tidak mungkin dicapai dan sudah menjadi satu kepastian bahwa kehidupan manusia itu dipenuhi dengan ketidakamanan, kezaliman, dan kekejaman. Kemajuan ilmu dan teknologi di era baru juga ternyata tidak mampu mewujudkan perdamaian. Bahkan sebaliknya, semakin maju teknologi yang dicapai manusia, justru semakin banyak terjadi peperangan yang menumpahkan darah jutaan manusia. Heran dan aneh, aneh tapi nyata banyak manusia dan bahkan negara yang ‘doyan’ jualan senjata yang senyatanya hanya untuk melukai dan membunuh sesama. Kini timbul pertanyaan, apakah faktor yang diperlukan untuk mewujudkan perdamaian dan keamanan di seluruh dunia? Dewasa ini, para pengamat politik dan sosial berprinsip bahwa tidak mungkin perdamaian dapat direalisasikan tanpa keadilan. Menurut kepercayaan mereka, seandainya perdamaian bisa terwujud di dunia, perdamaian itu tidak akan kekal bila tidak memiliki pondasi keadilan. Maka, tanpa jalinan keadilan dalam hubungan internasional, tidak bisa diharapkan berlangsungnya perdamaian yang hakiki. Keyakinan para politikus dan sosiolog itu sejalan dengan ajaran suci agama Islam. Islam menyebutkan bahwa jalan penyelamat manusia adalah merealisasikan perdamaian yang adil di dunia. Islam menyatakan bahwa tanpa keadilan, perdamaian yang terwujud adalah perdamaian yang zalim dan tidak kekal, sehingga hanya akan menyebabkan manusia lelah dan putus asa. Keadaan ini, misalnya kita bisa memperhatikan perdamaian antara Palestina dan Israil yang tak kunjung usai. Islam yang merupakan agama universal dan abadi, senantiasa menekankan agar perdamaian umat manusia diwujudkan di seluruh dunia. Islam merupakan faktor terpenting dari kehidupan masyarakat manusia. Islam yang mengandung ajaran kehidupan dan perdamaian, mampu menjadi pemimpin bagi gerakan perdamaian dunia. Rasulullah SAW memperkenalkan Al-Quran sebagai rahmat yang universal dan perdamaian dunia merupakan manifestasi nyata dari rahmat universal itu. Dalam ajaran Islam, keadilan adalah merupakan dasar utama. Dalam  pandangan Islam, keadilan merupakan mata air atau sumber dari semua kebaikan dalam masyarakat manusia di dunia. Di antara sifat terpenting Allah SWT ialah keadilan-Nya. Allah dalam Al-Quran juga memerintahkan manusia untuk menegakkan keadilan semaksimal mungkin. Oleh karenanya, sebenarnya agama, merupakan undang-undang dasar bagi kehidupan individu dan masyarakat. Islam mengajarkan bahwa tujuan sebuah agama haruslah untuk menyadarkan manusia agar berbuat adil dan seimbang. Dalam pandangan Islam, keadilan merupakan tiang utama perdamaian dunia. Di sepanjang sejarah umat manusia, kekuatan-kekuatan adidaya yang rakus dan tamak selalu saja menjadi penghalang bagi terbentuknya perdamaian yang adil. Demi meraih keinginan ilegal mereka, negara-negara adidaya dengan tega mengorbankan nyawa jutaan manusia yang menjadi korban dari sikap sombong dan egois mereka. Ironisnya, mereka selalu menganggap diri mereka sebagai pelopor perdamaian, namun sesungguhnya mereka hanya mendukung perdamaian yang memberi keuntungan kepada mereka. Mereka dengan leluasa menyalahgunakan perdamaian untuk merampok dan mengeksploitasi rakyat demi melanjutkan pemerintahan terkutuk mereka. Perdamaian dalam kacamata negara-negara adidaya adalah perdamaian yang tidak adil dan penuh kezaliman yang hanya menyediakan keuntungan buat mereka. Dewasa ini kita menyaksikan negara-negara adidaya, telah memaksakan perang, kekerasan, dan pembunuhan yang menggunakan alasan memerangi terorisme, mewujudkan keamanan, dan perdamaian. Sebagian penulis Amerika bukan saja menjustifikasi perang-perang ini, malah menyebutnya sebagai perang peradaban dan kebudayaan, sehingga api perang semakin membesar. Dengan cara ini, Gedung Putih saat ini telah berubah menjadi kendala terbesar dalam membentuk perdamaian dunia yang adil. Agama Islam yang mencintai perdamaian yang adil, jelas-jelas menentang keras sikap ambisius perang seperti ini. Islam adalah agama yang membenci kezaliman dan tidak menerima sama sekali tindakan agresi dan invasi terhadap negara lain, khususnya pembunuhan atas manusia yang tidak berdosa. Menolak kezaliman sangat diperlukan dalam melaksanakan perdamaian yang kekal di dunia dan dampak nyatanya ialah perlindungan atas orang-orang yang lemah, wanita, dan anak-anak yang tidak punya tempat berlindung. Dalam hal ini kita diingatkan dengan sebuah firman, Surat An-Nisa ayat 75  yang artinya: Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdo`a: \"Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau!\". Oleh karenanya, poin penting yang sama-sama diajarkan para nabi, setelah seruan untuk menyembah Tuhan yang Esa, adalah penentangan terhadap kezaliman demi mewujudkan perdamaian yang adil. Para nabi yang berjuang dalam hal ini seperti Nabi Ibrahim, Nabi Musa dan Nabi Isa bermakna bahwa semua agama, termasuk Islam, memandang bahwa kezaliman adalah penghalang bagi terwujudnya perdamaian yang adil. Dalam surah Al-Fajr kita bisa mengamati bahwa: “Tuhan mengawasi orang-orang yang zalim yang menentang perdamaian yang adil dan Tuhan akan menghabisi orang-orang zalim itu, khususnya mereka yang merasa bangga dengan kekayaan dan kekuasaan yang mereka miliki.” Semoga saja, cita-cita hidup dalam kedamaian yang diawali dengan keadilan (supremasi hukum dan keadilan sosial bagi seluruh warga bangsa dan dunia) selalu mengiringi langkah bangsa ini.   *) Penulis adalah Penyuluh Agama, Sekretaris Pokjaluh Kabupaten Indramayu Bilkhusus pada para wakil rakyat di gedung DPR/MPR yang pada bulan ini sedang memutuskan perkara-perkara penting bagi keberlanjutan bangsa dan negara, sehingga peristiwa dan keangkaraan seperti peristiwa yang dicontohkan di atas tidak berulang. Amin. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: