Tiap Ganti Musim Ratusan Ton Ikan Mati

Tiap Ganti Musim Ratusan Ton Ikan Mati

Kesulitan Petani Ikan Waduk Darma Memasuki pergantian musim sekarang, para petani jaring apung di Waduk Darma mulai bersiap-siap menghadapi umbalan alias peristiwa kematian ikan dalam jumlah banyak. Sudah jadi tradisi, tiap bencana umbalan terjadi, mereka mengalami kerugian teramat besar hingga mencapai miliaran rupiah.   INSIDEN yang baru dialami mereka yakni pada Juni 2014 lalu seiring adanya pergantian musim dari kemarau ke hujan. Sedikitnya 92 ton ikan berbagai jenis mengalami kematian. Kerugian yang dialami pun ditaksir mencapai Rp1,3 miliar. Kematian ikan puluhan ton tersebut sebetulnya dialami setelah mereka bersusah payah melakukan antisipasi. Baik dengan memasang pompa air agar sirkulasi udara di dasar kolam tetap lancar, maupun dengan cara menggeser atau memindahkan kolam. Cara lainnya dengan memanen ikan meski belum saatnya panen. Salah seorang petani ikan yang mempunyai delapan kolam di Waduk Darma, Umar Hidayat mengutarakan hal tersebut. Dikatakannya, tiap ganti musim umbalan akan selalu terjadi. Februari lalu, misalnya, saat berganti musim dari kemarau ke hujan. Begitu pula Juni, saat beralih dari hujan ke kemarau. “Antisipasi kematian ikan tersebut kami lakukan dengan cara tradisional seperti memasang pompa, menggeser posisi kolam atau memanen ikan, padahal belum waktunya. Tapi untuk memanen, terkadang sulit diprediksi,” tutur Umar yang kebetulan menjabat ketua Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Waduk Darma itu. Umbalan, merupakan fenomena alam dengan ciri-ciri cuaca berkabut dan suhu terlalu dingin di permukaan air berkisar di bawah 20 derajat celcius. Akibatnya, dasar waduk kurang oksigen yang membuat terjadinya umbalan atau arus balik. Tak heran jika para petani ikan memasang pompa untuk melancarkan sirkulasi udara. “Dengan memasang pompa atau menggeser kolam, setidaknya mengurangi angka kerugian yang dialami petani. Karena kematian ikan bisa terkurangi. Biasanya, kematian ikan mencapai ratusan ton sebelum kami mengantisipasinya secara tradisional,” kata Umar. Pihaknya berharap agar pemda memerhatikan kesulitan yang dialami para petani ikan. Itu dapat dilakukan dengan cara memberikan bantuan pengadaan pompa dan satu perahu untuk menggeser kolam-kolam yang dimiliki para petani jaring apung. Sementara itu, Kabid Perikanan Distanakan H Wawan Hermawan SP mengatakan, budidaya KJA (kelompok jaring apung) di Waduk Darma dirintis sejak 1983 dengan jumlah 40 petak. Dari tahun ke tahun terus menunjukkan perkembangan yang sangat pesat hingga sekarang sudah mencapai 1.019 petak. “Dari jumlah petak tersebut menghasilkan produksi ikan konsumsi sebanyak 2.100 ton. Sekarang ini penggunaan jaring apung ganda merebak sehingga dimungkinkan produksi ini bisa menjadi dua kali lipat,” ungkapnya. Hal ini, menurut Wawan, akan menimbulkan potensi bertumpuknya gas beracun sebagai hasil eksresi maupun pakan yang tidak termakan. Sedangkan fenomena alam sepanjang tahun tidaklah stabil. “Ada musim kemarau, hujan, fluktuasi suhu, angin,” ujarnya. Pada masa-masa tertentu akan terjadi umbalan yang akan mengakibatkan kematian ikan secara total. Tiga pekan yang lalu, kata Wawan, Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan menyelenggarakan sosialisasi peringatan dini umbalan dan pelaksanaan CBF. Tujuannya untuk meminimalisasi kerugian pengusaha KJA dengan narasumber pakar limnologis dan kesehatan ikan. Dia berpesan terhadap budidaya jaring apung, agar mengatur jumlah unit dan tata letaknya. Selain itu, kendalikan pula penggunaan pakan yang berlebihan. “Saya khawatir Waduk Darma menjadi comberan raksasa seperti halnya Saguling Cirata. Musimbah yang menimpa ikan masa pada usaha jaring apung yang kerap terjadi, sepertinya merupakan bagi kita agar menerapkan prinsip-prinsip responsible fisheries karena air di sini berfungsi pula sebagai pemasok kebutuhan air minum masyarakat Kuningan,” pesannya. (deden rijalul umam)                        

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: