Tidak Perlu Cemas, Jemaat Saling Kenal

Tidak Perlu Cemas, Jemaat Saling Kenal

\"\"Bom bunuh diri di Gereja GBIS Solo, Jawa Tengah beberapa hari lalu membuat semua pihak terpukul. Tidak terkecuali para umat Kristiani di Kabupaten  Majalengka. Aktivitas di gereja menjadi sedikit terganggu pasca bom tersebut. Bagaimana cara jemaah melakukan peribadatan di gereja ketika nyawa mereka terancam dalam keadaan sedang beribadah? KERUKUNAN umat beragama kembali diuji dengan meledaknya bom di Gereja GBIS Solo, Minggu (25/9). Dunia  menganggap Indonesia merupakan sarang teroris yang kerap menyerang siapa saja dan kapan saja.  Tak hanya bisa memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. Terjadinya bom juga menjadi catatan khusus petugas kepolisian untuk terus waspada terhadap teror di negeri ini. Kemarin, Radar mencoba melakukan wawancara langsung ke sebuah gereja di Kecamatan Dawuan. Tepatnya adalah Gereja Kristen Pasundan di Desa Cideres Kecamatan Dawuan Kabupaten Majalengka. Berdiri 127 tahun lalu, Gereja Kristen Pasundan yang terletak di depan Rumah Sakit (RS) Cideres tersebut ternyata menjadi tempat peribadatan umat Nasrani se-Kabupaten Majalengka saat merayakan Hari Natal, 25 Desember. Meski sangat rawan dari tindakan teroris, salahsatu pendeta mengaku tidak was-was ketika beribadah di Gereja Kristen Pasundan. Menurut Pendeta  Rasima, pasca bom bunuh diri di Gereja GBIS Solo pihaknya tidak meminta pengamanan kepada petugas kepolisian. Baginya, dalam ajaran Kristani tidak  ada pemahaman membenci musuh. “Musuh itu harus dikasihi. Artinya, harus diberi pemahaman, bukan dibenci,” ujarnya. Selain tidak menginginkan pengamanan ketat, Rasima mengakui para jemaat di Gereja Kristen Pasundan tetap melangsungkan peribadatan setiap hari. Jika siang hari digelar di gereja, sedangkan malam hari diadakan pengajian di rumah para jemaat. Berbeda ketika perayaan Hari Natal. Biasanya, kata dia, pihak kepolisian sebelum hari H datang untuk mengecek para jemaat dan memantau kegiatan dari sisi keamanan. “Kalau ibadah sehari-hari, tidak ada masalah. Soalnya setiap ada kegiatan ibadah, para jemaat sudah saling kenal. Ditambah di pintu masuk gereja ada penerima tamu. Jadi, kalau ada orang asing yang tidak dikenal pasti terdeteksi secara langsung. Ini menjadi satu langkah untuk mewaspadai orang lain yang masuk ke gereja,” terangnya. Ketika ditanya soal bom di Gereja GBIS Solo, Rasima mengaku berduka sangat dalam. Dia berharap, kejadian tersebut merupakan yang terakhir di Indonesia. “Kami tidak menuduh yang melakukan pengeboman dari agama tertentu. Yang jelas pelakunya sangat tidak berperikemanusiaan. Saya yakin semua agama tidak mengajarkan seperti itu (bom bunuh diri, red). Jadi, stop saling benci sesama agama. Kami ingin rukun dalam menjalankan kehidupan beragama,” harapnya. Untuk itu, lanjut Rasima, pihak Gereja Kristen Pasundan yang juga anggota Persekutuan dan Kerjasama Gereja-gereja (PSKG) Kabupaten Majalengka tetap menjalin hubungan baik dengan semua agama. Termasuk agama Islam. Contohnya, Rasima dan para jemaah selalu datang dan mengucapkan selamat Hari Raya Idulfitri ketika umat Islam merayakannya. Sebaliknya, umat Islam juga datang ke Gereja Kristen Pasundan untuk mengucapkan selamat pada Hari Natal. Tak hanya kalangan agama Islam, pihak gereja juga selalu rutin melakukan kunjungan ke Muspida, para pejabat struktural Pemkab Majalengka, serta bupati dan wakil bupati Majalengka. “Kebetulan dulu saya pernah belajar studi tentang Islam. Banyak kenal dan bersahabat dengan orang-orang Islam yang berorganisasi di Ahmadiyah, pesantren-pesantren, para santrinya juga kenal. Semua berhubungan baik,” kata dia. Sementara, pihak kepolisian mengaku akan lebih intensif melakukan pengamanan di semua tempat ibadah. Termasuk juga di gereja. Bentuk pengamanannya adalah berupa razia baik kendaraan yang masuk atau ke luar daerah, juga pengamanan kos-kosan di setiap daerah. Seperti diketahui, sasaran jaringan para pelaku bom bunuh diri adalah sarana ibadah dimana banyak dihuni para jemaah. Selasa (27/9), Polres Majalengka melakukan koordinasi di Gedung GOR Majalengka (GGM). Hadir pada kesmepatan tersebut seluruh Kapolsek di 26 kecamatan di Kabupaten Majalengka. Termasuk juga anggota Babimkamtibmas. Pertemuan tersebut membahas seputar deteksi terhadap tindak kriminalitas khususnya jaringan terorisme yang kerap melakukan bom bunuh diri. Selain koordinasi, tentunya pertemuan dibahas juga tentang upaya dan langkah-langkah penertiban pasca bom bunuh diri di Gereja GBIS Solo beberapa hari lalu. Kapolres Majalengka AKBP Lena Suhayati SIK MSi menegaskan, pengamanan semua tempat ibadah di Kabupaten Majalengka lebih diintensifkan. Dari yang biasanya hanya dilakukan patroli baik malam atau siang hari, kali ini setiap ada peribadatan di tempat ibadah disiapkan petugas kepolisian. “Tidak hanya gereja, kami melakukan pantauan di semua tempat ibadah. Petugas yang kami sebar juga variatif. Ada yang menggunakan pakaian preman, ada juga yang memakai seragam kepolisian. Soal mengintensifkan pengamanan, kami prioritaskan saat jemaah beribadah. Tujuannya adalah melindungi para jemaah  dari serangan bom. Sebab, para pengebom biasanya tak hanya gedung yang menjadi sasaran. Mereka justru mengincar orang dalam keramaian,” ujarnya. Wanita berkacamata ini menambahkan, selain melakukan koordinasi sejauh mana tingkat stabilitas keamanan di Polsek-polsek, juga diinstruksikan bahwa Polres Majalengka akan memperketat Operasi Cipta Kondisi yang digelar setiap akhir pekan. Karenanya, setiap polsek diminta waspada terjadinya tindak kriminal dan terorisme. “Para jemaah yang melaksanakan ibadah akan didata. Kalau nanti ada orang mencurigakan dan orang asing, maka akan diperiksa,” ungkapnya. Lena mengatakan, tempat ibadah di Kabupaten Majalengka berjumlah ratusan. Namun untuk jumlah gereja di Kabupaten Majalengka sebanyak 13 gereja. Terdiri dari 3 gereja di Majalengka Kota, 3 di Kadipaten, 2 di Dawuan, dan 4 di Jatiwangi. “Kami mengajak semua elemen untuk tetap waspada dan menjaga keamanan. Ummat Islam jangan hanya menjaga keamanan di lingkungan muslim, tapi juga harus sama-sama menjaga kondusifitas. Begitu pun sebaliknya,” harapnya. Soal penyebaran Daftar Pencarian Orang (DPO), Lena mengaku sudah melakukan jauh-jauh hari. Termasuk sebelum terjadinya bom Masjid Adz-Dzikra Mapolresta Cirebon dan Gereja GBIS di Solo. Menurutnya, saat ini pihak Polres Majalengka sudah menyebar gambar DPO di tempat-tempat umum. “Semua ditingkatkan untuk lebih waspada dan mempersempit tindakan teroris di sini (Majalengka, red),” ujarnya. Ketika ditanya apakah ada kunjungan Densus 88 untuk menyergap teroris di Majalengka, wanita yang hobi olahraga judo ini menjawab tidak. “Kalau pun ada, pasti ada laporan terlebih dahulu ke Polres Majalengka,” terangnya. Dalam waktu dekat, lanjutnya, Polres Majalengka akan mengumpulkan para tokoh lintas agama. “Tujuannya agar ada kesepahaman menjaga keamanan dan keharominsai beribadah terkait munculnya bom bunuh diri di tempat ibadah,” pungkasnya. Mewaspadai teroris juga diungkapkan Kapolda Jawa Barat Irjen Putut Eko Bayuseno SH ketika meresmikan Mapolres Majalengka beberapa hari lalu. Dia berpesan kepada semua elemen masyarakat untuk saling berkomunikasi terkait informasi sekecil apapun yang berpotensi penyebaran teroris di Majalengka.(abdul hamid)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: