Tradisi Kepretan Membuat Atlet Mabuk Kepayang

Tradisi Kepretan Membuat Atlet Mabuk Kepayang

Kota Cirebon punya tradisi di setiap Pekan Olahraga Daerah (Porda). Tradisi tersebut bernama kepretan. Jangan salah, kepretan yang dimaksud bukanlah sebuah aksi kekerasan. Kepretan ini tidak menyakitkan. Justru, tradisi kepretan ini paling ditunggu para atlet yang sudah meraih prestasi tinggi. Laporan: TATANG RUSMANTA Dari Kabupaten Bekasi BALUTAN perban masih menempel di wajah Pujo Janoko ketika dirinya bertanding di babak final kelas D putra di GOR Tambun, Bekasi. Pesilat kelahiran Cirebon, 9 September 1981 itu sempat tak sadarkan diri saat bertanding di penyisihan melawan Reno (Kabupaten Majalengka). Untungnya, Pujo bisa bertahan dan melaju ke babak berikutnya dengan status menang karena lawan didiskualifikasi. Di final, 14 November lalu, Pujo menghadapi Bambang N dari Kabupaten Subang. Meski menjadi pesakitan sejak lolos dari bantingan Reno di penyisihan, Pujo akhirnya menang telak dan meraih medali emas. Di final, poin Pujo fantastis, menang 5-0. Nah, usai melangsungkan laga final, Pujo yang bersukacita meraih emas langsung mendapat kepretan dari Ketua Umum KONI, Dr Chandra Lukita SE MM. Kepretan tersebut adalah cash money yang langsung diberikan kepada atlet peraih emas di porda. Besarnya adalah Rp5 juta. Nilai tersebut di luar bonus dari apa yang dijanjikan Tim Manajer Kontingen Kota Cirebon untuk para peraih medali. “Ini momen yang saya tunggu-tunggu. Tapi orientasi saya bukanlah uang. Saya bangga bisa meraih emas untuk Kota Cirebon,” kata Pujo saat itu. Selain Pujo, sejumlah atlet peraih emas juga dibikin “mabuk kepayang” dengan kepretan. Seperti yang dialami Livia Valiant Kostaman. Perenang Kota Cirebon tersebut berhasil meraih hat-trick medali emas. Kepretannya pun sebanyak tiga kali. Bukan hanya ketua umum KONI, Tim Manajer Kontingen yang dipimpin langsung oleh Wakil Wali Kota Cirebon, Drs Nasrudin Azis SH, juga tak kalah memberikan kepretan. Bonus cash money yang diberikan secara langsung di venue bisa jadi mengakar dalam kontingen Kota Cirebon di porda berikutnya di Kabupaten Bogor. “Mungkin sejak era KONI terdahulu juga sudah ada tradisi bonus kepretan ini. Tapi di era kepemimpnan Pak Chandra, KONI mulai memiliki pos anggaran untuk bonus tambahan di porda,” tutur Anggota Bidang Akomodasi Tim Manajer Kontingen Kota Cirebon yang juga pengurus KONI Kota Cirebon, Hj Wati Musilawati. Menurut Wati, untuk porda tahun ini Tim Manajer Kontingen Kota Cirebon menyusun strategi untuk menyediakan pos anggaran khusus bonus tambahan. Wati menjelaskan, sesuai arahan Nasrudin Azis, sebagai Ketua Tim Manajer Kontingen Kota Cirebon, bonus tambahan yang diberikan secara spontan kepada atlet peraih emas tidak boleh menyedot anggaran yang sudah disediakan dari APBD Kota Cirebon. Karena itu, Tim Manajer Kontingen Kota Cirebon memutar otak untuk menyediakan dana non-budgeter. Bidang Kerja Sama Tim Manajer Kontingen Kota Cirebon menangani pos anggaran itu dengan menjual merchandise porda. Ada empat item yakni gelang, pin, kaos dan gantungan kunci porda. “Kami menjual merchandise itu kepada anggota DPRD Kota Cirebon, Muspida dan PNS di lingkungan pemerintah Kota Cirebon. Dari situlah tersedia anggaran untuk bonus kepretan atlet emas,” terang Wati. “Kepretan itu bonus tambahan bagi peraih emas. Tim Manajer Kontingen menganggarkan bonus tambahan itu sebesar Rp5 juta per emas. Tapi, kepretan itu tidak hanya dari tim manajer. Tidak jarang pula ada pihak-pihak yang mengapresiasi perjuangan para atlet dengan mengeluarkan bonus tambahan dari kantong pribadinya,” beber Wati. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: