Yudi: Bukan Program Apdesi

Yudi: Bukan Program Apdesi

KUNINGAN – Pernyataan Bupati Hj Utje Ch Suganda MAP yang menyebutkan “jalan-jalan” ke Bali merupakan inisiatif para kades, mendapat tanggapan Sekretaris Apdesi (Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia) Kuningan, Yudi Iskandar SE. Dia menegaskan, agenda ke Bali tersebut merupakan program BPMD (Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa). “Bukan program Apdesi, tapi program BPMD. Jadi kan begini, dulu selesai pilkada, Pak Aang (mantan bupati H Aang Hamid Suganda, red) ingin memberikan apresiasi kepada para kuwu. Entah dengan berbagai pertimbangan, baru akan dilaksanakan sekarang. Tapi dalam pelaksanaan, kepanitiaan dan sebagainya, itu ada di BPMD,” jelas Yudi kemarin (27/11). Pria yang baru saja lengser dari Kades Kasturi, Kecamatan Kuningan, pada April 2013 itu menyebutkan, Apdesi hanya diberi kabar saja. Namun ia membenarkan itu merupakan janji lama. Sehingga meski dirinya sudah jadi mantan kades, kemungkinan terbawa studi banding. “Dulu itu sempat ingin memberikan apresiasi, hanya tak dijelaskan seperti apa apresiasinya. Kita tidak diajak komunikasi oleh pemda,” terang Yudi. Dilihat dari biaya yang begitu besar, dia menduga berasal dari anggaran pemda. Karena jika uang dikeluarkan dari kantong pribadi, Yudi hanya mengatakan, “alhamdulillah.” “Anggarannya kan masya Allah besar. Jadi kayaknya dari pemda. Dulu itu bukan Ibu Utje yang melontarkannya, tapi Pak Aang,” imbuhnya. Kendati demikian, Yudi tidak bisa memastikan apakah itu apresiasi yang dulu dijanjikan ataukah yang dilupakan kemudian sekarang diprogramkan. Dia juga tidak tahu menahu soal anggaran apakah itu lewat BPMD atau pos mana. Pihaknya mengaku hanya mendengar informasi dari ketua Apdesi untuk diajak ke Bali. “Pas saya dengar kabar dari ketua, ya saya tersenyum alhamdulillah,” kata Yudi. Ditanya apakah dana yang hendak digunakan berasal dari ADD, dia menegaskan tidak ada. “Yang saya pantau dari para kades, tidak ada ADD yang digunakan untuk rencana ke Bali. Tapi soal ditransferkan atau tidak, saya gak tahu. Yang jelas tidak ada dana yang dikeluarkan dari desa, apakah itu untuk studi banding ataukah wisata,” jelas dia. Nominal Rp2,5 juta, menurut Yudi memang besar. Tapi untuk melancong ke Bali, diakuinya memang harus besar. Meski begitu, kembali dirinya tidak tahu menahu nominal anggaran. Sebab Apdesi tidak diajak untuk merumuskan, hanya sekadar pendengar. “Kalau kuwu mah dihaturanan dan mau disenangkan, ya alhamdulillah. Kita gak tahu apakah itu janji yang dulu atau memang program baru pemerintahan sekarang,” ujarnya. Ia membenarkan, pemberangkatan para kuwu dilakukan secara bertahap. Sebab jika semuanya diberangkatkan, Kuningan nanti kosong tanpa kuwu. Sementara untuk kepala kelurahan, dirinya tidak mendengar ikut serta. Meskipun pihaknya mengatakan, seyogyanya ikut pula karena memiliki strata yang sama dengan kuwu. “Kalau camat kan sudah tentu, karena untuk menggiring para kuwunya,” kata Yudi. Sementara itu, diperoleh keterangan dari sumber yang dapat dipercaya, para kuwu diinstruksikan para camat untuk membuat surat permohonan studi banding ke pemda. Diperoleh keterangan pula, ongkos travel ke Bali sebenarnya tidak mencapai Rp1.750.000. (ded)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: