Gerakan Melestarikan Budaya Para Leluhur
LEMAHWUNGKUK- Puluhan pria ada yang berpakaian ungu, putih, dan merah dengan ikat kepala serta kain pinggang berjalan gagah sambil di depan duplikat kereta Singa Barong dan Pedati Ki Gede Kesinangan, kemarin (26/12). Kirab kereta dan pedati ini diawali dari Keraton Kasepuhan, kemudian melewati Jl Kesunean, menyusuri Jl Pulasaren dan Jl Lawanggada hingga Jl Kesambi, lalu ke arah Jl Sudarsono, Jl Pemuda, dan berakhir di Taman Air Gua Sunyaragi. Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat SE mengatakan kirab kereta dan pedati ini dalam rangka semarak perayaan Pesta Kembang Api Rakyat Cirebon Warsa Enggal 2015 di Taman Air Gua Sunyaragi pada malam tahun baru nanti. “Warsa Enggal adalah salah satu bentuk penguatan dan pelestarian khasanah kebudayaan Cirebon,” katanya. Selain itu, kata Sultan, Keraton Kesepuhan sebagai benteng budaya dan peradaban akan terus berkomitmen untuk melestarikan budaya para leluhur, senantiasa menjaga dan melestarikan nilai-nilai falsafah, adat istiadat yang merupakan warisan leluhur sebagai jati diri bangsa. “Selain rangkaian acara Warsa Enggal, kirab ini untuk menunjukkan kepada masyarakat tentang keberadaan dua kereta yang sarat akan sejarah,” lanjutnya. Kereta Singo Barong dibuat tahun 1549 oleh seorang arsitek kereta Panembahan Losari dan pemahatnya Ki Notoguna dari Kaliwulu. Bentuknya berupa perwujudan tiga binatang yang digabung menjadi satu yakni gajah dengan belalainya, bermahkotakan naga dan bertubuh hewan burok. Belalai gajah bermakna persahabatan dengan India yang beragama Hindu, kepala naga melambangkan persahabatan dengan Cina yang beragama Budha, dan badan burak lengkap dengan sayapnya, melambangkan persahabatan dengan Mesir yang beragama Islam. Ini membuktikan Keraton Kasepuhan yang didirikan oleh Sunan Gunung Jati yang merupakan kerajaan Islam sudah terbuka, bergaul, dan bersahabat dengan bangsa-bangsa lain tanpa membedakan perbedaan baik suku, ras, atau agama. Begitu juga dengan Pedati Ki Gede Kesinangan yang berumur ratusan tahun. Pedati ini digunakan sebagai alat transportasi pada zaman itu. “Kereta dan pedati ini sudah ada sejak zaman Sunan Gunung Jati. Duplikatnya kita buat untuk kirab budaya seperti ini, kalau yang asli ada di Keraton Kasepuhan,” ujar Sultan. Sementara itu, Desi (19) salah satu warga Cirebon mengaku baru mengetahui kereta Singa Barong dan Pedati Ki Gede Kesinangan. “Walaupun cuma duplikat tapi setidaknya saya tahu bentuk kereta Singa Barong dan Pedati Ki Gede Kesinangan itu. Bentuknya unik, ternyata kereta-kereta itu dipake orang jaman dulu sebagai alat transportasi ya,” ucapnya. (mik)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: