Tempat Pesawat Penuh Lumpur
Tim SAR Nekat Terjang Badai, Banyak Jenazah Diperkirakan Tersangkut di Bodi Pesawat JAKARTA- Pada hari kedelapan upaya pencarian pesawat AirAsia QZ 8501 dan jenazah penumpang muncul kendala baru. Selain faktor cuaca buruk, gelombang, serta arus bawah laut, tim SAR juga menemukan kondisi dasar laut di lokasi yang diduga tempat badan pesawat sangat keruh. Kepala Basarnas Marsekal Madya FHB Soelistyo menyatakan, 89 penyelam dari TNI dan Basarnas Special Group (BSG) belum bisa melakukan penyelaman kemarin. Lantaran arus laut yang kencang mencapai dua knott serta kondisi air laut yang berlumpur. “Hanya dua penyelam terpilih yang akhirnya menyelam. Itu pun tidak mendapatkan hasil,” paparnya saat konprensi pers kemarin (4/1). Mendengar laporan hasil penyelaman tidak maksimal, Soelistyo menginstruksikan lima kapal yang mempunyai alat Remotely Operated Vehicle (ROV) yang mampu mendeteksi benda di bawah laut untuk mendekat ke lokasi pencarian. Yakni KM Jayabaya yang mengangkut petugas KNKT, Kapal RSS Supreme Singapura, RSS Swift Singapura, Kapal Crest Onyx Rusia, Kapal Baruna Jaya. “Namun karena arus laut terlalu kencang ROV tidak bisa dioperasikan,” jelasnya. Lumpur itu diprediksi menganggu sinyal yang dikirimkan pinger atau alat pengirim sinyal yang menempel di bodi pesawat. Pinger itu akan berfungsi jika terkena air. “Kemungkinan, rangka pesawat tertutup lumpur sehingga sinyal pinger tidak bisa ditangkap oleh radar,” duga Soelistyo. Menanggapi itu, mantan penerbang pesawat tempur Hawk MK-53 itu mengatakan, kemungkinan itu bisa saja terjadi. Sebab, sampai kini tim gabungan belum menerima sinyal dari pinger AirAsia. Kemungkinan yang lain yaitu radar yang dimiliki lima kapal itu belum menjangkau posisi pesawat. “Kan alat juga punya jarak jangkaunya. Mungkin belum terjangkau,” tambahnya. Keruhnya kondisi air juga berpotensi memperlambat pencarian black box. Ditambah dengan derasnya arus laut, maka besar kemungkinan piranti perekam suara di dalam pesawat itu bisa terseret jauh ke timur mendekati laut Jawa. Slitnya pencarian juga dirasakan Jawa Pos (Radar Cirebon Group) yang berada di Kapal Negara (KN) 101 SAR Purworejo. Kapal yang mengangkut penyelam Basarnas ini butuh waktu sekitar 12 jam mencapi lokasi pencarian dari Teluk Kumai . Sebab, kapal tersebut harus melawan angin yang datang dari arah barat. Cuaca mendung, dan angin di kisaran 20 knot langsung menghadang laju kapal. Alhasil, ombak setinggi dua meter pun mampu membuat kapal terlonjak. Para penumpang yang terdiri dari anggota Basarnas, Wartawan, dan beberapa relawan harus bertahan di tempat masing-masing. Terlebih, KN SAR Purworejo melaju di kecepatan rata-rata 17 knot demi tiba di lokasi tepat waktu. KN SAR Purworejo baru tiba di lokasi sekitar pukul 20.00. Lewat hubungan radio, didapati informasi adanya objek berukuran cukup besar yang terdeteksi. Dimensinya 18x3,4x2,2 meter. Para penyelam Basarnas Special Group (BSG) diarahkan ke titik tersebut untuk memeriksa objek. Karena kondisi gelap, pencarian dihentikan dan menunggu pagi. Namun, saat pagi, cuaca langsung memburuk. Matahari tidak muncul dan angin cukup kecang. Sekitar pukul 11.00, kapal berupaya mendekat ke KRI Banda Aceh meski dalam kondisi cuaca ekstrem untuk bergabung dengan pasukan penyelam TNI AL. Hujan turun deras sejak pukul 10.00, dan kecepatan angin tercatat 30-35 knot. Tinggi gelombang tercatat lima meter, dan jarak pandang kurang dari 500 meter. Tak urung, KN SAR Purworejo yang berukuran 60x14 meter pun terlonjak-lonjak. Selain itu, Kapten kapal sampai harus menggunakan bantuan radar untuk memastikan posisi KRI Banda Aceh, karena secara visual tidak terlihat. “Kita batasi jarak dengan KRI Banda Aceh 300 meter. Lebih dekat lagi bisa berbahaya, kapal bisa menabrak,” tutur Kapten KN SAR Purworejo Adil Triyanto. Para penyelam pun dipindahkan menggunakan perahu motor dalam dua kali putaran. Tidak mudah memindahkan para penyelam dengan perahu motor kecil di tengah badai. Apalagi, para penyelam masih harus naik ke kapal menggunakan tangga yang dihamparkan di lambung kanan KRI Banda Aceh. Kehadiran tim BSG di KRI Banda Aceh makin sia-sia, karena cuaca bertambah buruk. Kondisi tersebut membuat penyelaman tetap tidak bisa dilakukan. Bahkan, untuk memasukkan ROV yang akan memonitor objek saja tidak mungkin dilakukan, karena arus di bawah air sangat kuat. Kekuatan arus bawah air tercatat antara 5-10 knot, padahal toleransi bagi penyelam maupun ROV hanya sampai 2 knot. Berdasarkan koordinasi, diputuskan para penyelam BSG kembali ke KN SAR Purworejo, lalu kapal tersebut kembali ke Teluk Kumai. Sedangkan, KRI Banda Aceh bergeser ke Semarang. Setelah itu, koordinasi akan dilakukan kembali untuk menentukan langkah selanjutnya. GESER TIMUR Soelistyo yang kelahiran Jogjakarta itu menambahkan, pesawat itu bisa terseret jauh ke timur bisa terjadi. Sebab, berdasarkan pencarian, penemuan jenazah serta serpihan kapal terus bergeser ke timur. Untuk itu hari ini dia akan mengerahkan kekuatan penuh. Fokusnya ada dua yakni mencari jenazah dan black box. “Kami berkejaran dengan waktu. Semakin lama akan semakin ke timur. Oleh sebab itu harus cepat,” ungkapnya. Berdasarkan perhitungan, kemungkinan banyak jenazah yang masih tersangkut di bodi pesawat. Karena sampai kini dari total 162 jenazah, baru 34 yang ditemukan. Sedangkan lokasi black box, Soelistyo yakin letaknya tak jauh dari rangka pesawat. “Dari pengalaman kami yang dulu-dulu gitu. Ada di dekat bodi pesawat,” ucapnya. Untuk mempercepat pencarian jenazah dan black box, saat ini Basarnas sedang mempertimbangkan bantuan dari Tiongkok. Rencananya, Tiongkok akan menyediakan satu kapal canggih untuk membantu tim gabungan.” Hingga hari ke delapan, baru 34 jenazah penumpang AirAsia QZ850 yang berhasil dievakuasi. Dari jumlah tersebut, empat jenazah di antaranya ditemukan kemarin (4/12). 9 JENAZAH DIKENALI, DISERAHKAN KE KELUARGA Total, hingga kemarin, sembilan jenazah dapat dikenali dan diserahkan kepada keluarga. Mereka adalah Hayati Lutfiah Hamid, Grayson Herbert Linaksita, Kevin Alexander Soetjipto, Themeiji Thejakusuma, Hendra Gunawan Syawal, Jie Stevie Gunawan, Juanita Limantara, dan Wismoyo Ari Prambudi. Hingga kemarin, ada 34 jenazah di RS Bhayangkara. Itu berarti, masih ada 25 jenazah yang belum dikenali. Perinciannya, 13 jenazah masih menjalani pemeriksaan final dan 12 jasad sudah masuk tahap rekonsiliasi. Sementara Kapolda Jatim Irjen Anas Yusuf menjamin seluruh tim ahli forensik tidak akan berhenti bekerja mengidentifikasi korban. Bahkan pada hari libur seperti Minggu. “Tim ahli dari perguruan tinggi dan kepolisian negara lain dilibatkan semua,” ujarnya. Bantuan yang dimaksud adalah tujuh orang dari Singapura yang kini berada di posko ante mortem Polda Jatim. Perinciannya, lima ahli sidik jari serta masing-masing satu ahli patologi dan odontologi forensik. Hari ini (5/1) direncanakan datang lagi tim ahli dari Australia dan Korea Selatan. Yakni, ahli odontologi dan patologi. Selama ini tim DVI terus menyampaikan kepada keluarga terkait perkembangan terbaru. Keluarga korban juga difasilitasi rohaniwan. Setiap hari ada misa arwah dan kebaktian. Ada juga dokter dan tim psikologis yang disiagakan untuk keluarga. Sementara itu, hingga kemarin, data ante mortem masih kurang satu. Kemudian, DNA masih kurang 34 orang. Kekurangan itu cukup besar. Padahal, data tersebut kini mutlak dibutuhkan. Sebab, kondisi jenazah yang telah meninggal lebih dari sepekan secara visual tidak bisa dikenali. Akibatnya, sidik jari sulit didapatkan. Karena itu, kondisi jenazah sejak ditemukan hingga dievakuasi ke RS Bhayangkara harus dalam keadaan baik. Jenazah tidak boleh rusak selama perawatan. Karena itu, data DNA pun menjadi andalan. Masalahnya, identifikasi dengan DNA setidaknya membutuhkan waktu satu hingga dua pekan. Karena itu, tim DVI meminta keluarga segera mengumpulkan sampel DNA. Tata caranya dipandu tim. Nanti ada juga tindakan otopsi bagi jenazah tertentu. Otopsi bertujuan mencari penyebab kematian. Selain itu, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menambahkan, pihaknya sudah mengantisipasi jika ada jenazah warga negara asing (WNA) yang teridentifikasi. Dia sedang mengusahakan perizinan keluar jenazah bisa dipermudah. “Saya sudah komunikasi dengan kedutaan. Harapannya, jenazah warga asing nggak perlu mampir Adi Jasa. Bisa langsung menuju bandara untuk diterbangkan ke negara asal,” ujarnya. Tadi malam, sekitar pukul 20.00, empat peti jenazah berwarna putih tiba di Base Ops Pangkalan Udara TNI-AL (Lanudal) Juanda. Tidak ada upacara penyambutan. Maklum, tadi malam hujan lebat. Tim harus berbasah-basah untuk menjemput jenazah di pesawat CN-295 tersebut. Di peti itu tertempel nomor 031, 032, 033, dan 034. Seperti biasa, empat peti tersebut langsung dimasukkan ke ambulans milik TNI dan Polri, lalu dikirim ke RS Bhayangkara Surabaya. (gun/riq/nir/c10/end)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: