Black Box AirAsia Ditemukan

Black Box AirAsia Ditemukan

Mulai Siapkan Dua Skenario Pengangkatan Badan Pesawat PANGKALAN BUN- Upaya pencarian bangkai pesawat AirAsia QZ8501 menunjukkan hasil signifikan pada hari ke-11. Kemarin (7/1), tim penyelam gabungan TNI AL yang ditempatkan di kapal MGS Geo Survey menemukan ekor pesawat. Keberadaan black box pun sudah terdeteksi. Beberapa bagian bodi dan ekor terdeteksi pada koordinat 03 36 31 S-109 41 66 T di kedalaman 35 meter. Lokasinya sudah masuk wilayah perairan Kalimantan Selatan. Penemunya, dua personel penyelam gabungan TNI AL Serma Mar Boflen Sirait dan Serka Mar Oo Sudarmo dari Batalyon Intai Amfibi (Taifib) Pasukan Marinir-2 Jakarta. Penyelaman yang dilakukan tim I gabungan penyelam TNI-AL itu merupakan kali keempat. Dalam penyelaman mulai pukul 10.20 itu, mereka menemukan objek yang ditengarai bagian dari AirAsia yang hilang kontak sejak Minggu 28 Desember 2014. Tiga penyelaman sebelumnya dilaksanakan sejak Minggu (4/1). Penyelaman perdana tidak mulus karena cuaca kurang mendukung. Sedangkan pada penyelaman kedua dan ketiga pada Senin (5/1) dan Selasa (6/1), penyelam gabungan dari MGS Geo Survei belum menemukan objek AirAsia. Mereka banyak menemukan logam-logam berdiameter besar dari bangkai bagian kapal yang sudah tenggelam belasan hingga puluhan tahun. Hal itu terlihat dari pengerakan hingga setebal 10 sentimeter. Dalam penyelaman kemarin, selama 17 menit menyusuri dasar laut, dua bintara senior itu memotret sejumlah bagian pesawat dalam kondisi terbelah. Pada bagian bodi kiri belakang tampak tulisan PK dan AX (terfoto sebagian) berwarna hitam dengan dasar putih. Di bagian atasnya terlihat tulisan Air dalam tulisan latin (sambung) dan fly. Kemudian, Boflen dan Oo berusaha masuk ke dalam ruangan kabin yang kondisinya berantakan. “Setelah kami konfirmasi kepada Direktur Operasi Pusat Penerbangan TNI-AL Kolonel Laut (P) Sisyani dan Ban­dara Juanda bahwa registra­si pesawat AirAsia PK-AXC (pesawat komersial-kode pe­nerbangan AirAsia yang tercatat), confidence level kami 99,9 persen itu bagi­an ekor pesawat,” tegas Koman­dan Gugus Keamanan Laut Armada RI Kawasan Barat Laksa­mana Pertama TNI Abdul Rasyid K, yang juga menjabat Koman­dan Satgas SAR Unsur Laut di anjungan KRI Banda Aceh. Statemen perwira tinggi bintang satu diperkuat pernyataan Boflen. “Saya dan Serka Oo sebagai penyelam pelopor melihat beberapa kata dan tulisan warna merah di bagian bodi pesawat warna putih seperti Air, U Can Fly, AX, huruf i dalam ukuran besar, dan bodi sisi dalam,” yakin Boflen yang memulai penyelaman pukul 10.30. Dia berusaha maksimal memasuki badan pesawat. Jarak pandang berkisar 2-3 meter dan arus relatif tenang Namun, oksigen yang mereka bawa tidak bisa kompromi. Mereka harus naik ke permukaan setelah parameter jarum di tabung oksigen hampir menunjukkan angka nol. Sambil memburu waktu naik ke sekoci karet, mereka berlomba dengan waktu. Begitu mereka muncul di permukaan pukul 10.47, oksigen dalam tabung benar-benar habis. Atas temuan itu, Rasyid memerintahkan penyelam gabungan TNI AL melaksanakan penyelaman lanjutan. Dia memerintahkan penyelaman kelima itu dengan prioritas mencari jasad yang kemungkinan berada di kabin atau masih terikat sabuk pengaman pesawat di kursi. “Saya perintahkan mencari jenazah saudara-saudara kita yang terjebak di dalam ruangan. Kemungkinan dalam pencarian itu kami temukan black box,” tegas Rasyid. Sementara itu Dirops Basarnas Marsma SB Supriyadi mengatakan keberadaan ekor pesawat itu susah berpindah. Sebab posisi ekor pesawat sudah terbalik dan terjerembab di lumpur. “Kemungkinan tergeser arus air sangat kecil,” ujarnya. Dugaan black box masih berada di ekor pesawat juga terdeteksi dari bunyi yang berasal dari underwater locater beacon atau ULB. “Tadi pagi penyelam sempat mendengar bunyi namun suaranya kecil,” kata Supriyadi. Dia berharap hari ini Basarnas masih bisa melaksanakan operasi bahwa air dengan sasaran yang sama. “Semoga besok (hari ini, red) cuaca dan visibility di laut baik. Dengan begitu kami maksimal melakukan operasi bawah laut seperti slide scan detector, penggunaan ROV, kapal selam penelitian,” paparnya. Sementara itu, Menteri Perhu­bungan Ignasius Jonan dan Menko Maritim Indro­yono Soesilo kemarin menda­tangi posko Basarnas untuk membahas rencana peng­angkatan ekor maupun badan pesawat. Dua opsi pengang­katan yang disiapkan tim Basar­nas. Skenario pertama yaitu meng­gunakan subsurface vehicle. Alat tersebut memiliki alat bantu berupa ‘balon’ yang mam­pu mengangkat benda de­ngan berat mencapai 200 ton. ”Saat ini alat ini sudah ada di Batam dan siap digerakan kapan saja,” kata Indroyono. Balon itu nantinya akan diikat ke bagian ekor pesawat. Setelah itu, balon tersebut akan dikembangkan dengan menggunakan gas sehingga mampu mengangkat ekor hingga ke permukaan air laut. Skenario kedua, disebutkan, menggunakan crane dan kawat seling yang ada di kapal untuk menarik ekor pesawat. “Mungkin dengan kedalaman hanya 30 meter bisa dengan crane dan seling,” paparnya. Tak hanya ekor pesawat, namun Indroyono juga berharap jika badan pesawat ditemukan bisa segera diangkat untuk mendapatkan korban-korban yang masih berada di dalam. “Dengan sejumlah temuan ini Presiden Joko Widodo meminta KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi) segera melaksanakan tugasnya melakukan proses investigasi penyebab kecelakaan,” tegas Indroyono. Basarnas berharap Flight Data Recorder (FDR) dan Voice Cockpit Recorder (VCR) yang merupakan bagian dari black box masih utuh dan tak mengalami kerusakan. Sementara itu Badan Meteorologi, Geofisika dan Klimatologi (BMKG) memprediksi dalam satu hingga dua hari ini kondisi cuaca kondusif. Namun yang harus diwaspadai justru tiga hari mendatang yang mana akan gelombang di laut bisa setinggi 3-4 meter dan diikuti hujan lebat. (sep/gun)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: